Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gaya hidup slow living kini mulai dilirik banyak orang untuk menjaga kesehatan mental dan keseimbangan hidup. Untuk dapat terbebas dari segala hiruk-pikuk kesibukan pekerjaan, mungkin orang berpikir menjalani slow living harus pergi ke lokasi terpencil atau mengasingkan diri, tentu tak perlu seekstrem itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada tahap pemula, bisa dengan mengurangi peran di kantor atau dunia kerja dan dalam waktu bersamaan memperbanyak kegiatan produktif yang menyenangkan di sekitar lingkungan rumah. Dalam mempersiapkan penerapan gaya hidup santai, sejumlah langkah berikut mungkin dapat diikuti:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Intens menabung dan investasi prospektif dari 3-5 tahun sebelumnya karena menjalani gaya hidup santai memerlukan stabilitas dan keamanan finansial agar bisa terlepas dari ketergantungan gaji perusahaan.
2. Menciptakan wahana pribadi untuk berkarya. Jangan menjadikan perusahaan satu-satunya tempat berkarya. Ciptakan wahana pribadi secara mandiri supaya kelak tetap merasa berarti karena terus melahirkan karya. Bila karya itu ternyata menghasilkan uang, berarti bonus. Tapi setidaknya dengan tetap berkarya hidup terasa bermakna, menimbulkan kepuasan batin sebagai pemantik rasa bahagia.
3. Membangun rumah mandiri pangan. Salah satu penyebab orang ketergantungan pada gaji mungkin adalah kebutuhan operasional harian rumah tangga. Pangan menjadi komponen penting dan signifikan dalam kebutuhan operasional itu. Dengan membangun rumah mandiri pangan otomatis alasan ketergantungan pada upah perusahaan akan lepas.
Membuat kebun sayur-mayur, buah-buahan, kolam ikan, dan beternak di sekitar rumah merupakan contoh kecil bagaimana membangun rumah mandiri pangan. Jika kegiatan itu diseriusi untuk skala yang lebih besar tentu akan mendatangkan pemasukan yang mensejahterakan.
Hidup sehat
Slow living menawarkan gaya hidup sehat karena orang bisa menjalani hidup dengan tenang dan damai. Dampak baiknya, relasi dengan kerabat, keluarga, dan tetangga menguat karena memiliki waktu untuk membangun hubungan yang hangat. Secara spiritual, hubungan hangat dengan Tuhan juga dapat diciptakan. Selebihnya, orang jadi pandai bersyukur, mencukupkan diri dengan apa yang dipunyai, tidak perlu iri, dan membandingkan dengan yang orang lain miliki.
Dengan gaya hidup santai, kita bisa berekreasi dan bercengkerama dengan alam yang menyegarkan pikiran. Bila tujuan utama hidup untuk bahagia maka untuk apa mengejar pangkat dan jabatan dengan segala upaya, menumpuk harta benda dengan berbagai cara. Apalagi bila pada akhirnya semua itu tak mampu menghadirkan kebahagiaan. Kebahagiaan bagi manusia yang sudah selesai dengan dirinya sendiri bisa jadi memang tidak lagi dicari-cari tetapi melekat dalam laku keseharian.
Pilihan Editor: Memahami Gaya Hidup Slow Living dan Kelebihannya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.