Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

Memahami Gaya Hidup Slow Living untuk Redakan Stres

Buat yang selalu sibuk, saatnya beralih ke gaya hidup slow living, melambatkan laju hidup demi menikmati setiap momen dengan lebih bermakna.

24 Mei 2023 | 14.03 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Anda lelah, kurang tidur, stres meningkat, bahkan kesehatan mental memburuk? Mungkin saatnya beralih ke gaya hidup slow living, melambatkan laju hidup demi menikmati setiap momen dan menjadikan setiap aktivitas lebih bermakna.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Slow living dalam terjemahan bebas bisa berarti hidup santai atau dalam pandangan Islam serupa tuma’ninah. Gaya hidup ini mulai banyak dilirik menyusul tingginya tingkat stres dan memburuknya kesehatan mental masyarakat sebagai dampak kehidupan modern yang menuntut melakukan aktivitas serbacepat. Hidup seperti harus terus berlarian dalam kecepatan tinggi. Padahal, perangkat lunak manusia tidak didesain untuk melakukan hal demikian.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejumlah ciri gaya hidup modern berpengaruh pada tingkat stres dan kondisi kesehatan mental yang terlibat di dalamnya, seperti paparan informasi berlebih, durasi tatap layar yang relatif lama, dan tuntutan kerja multitugas yang mengakibatkan kurang tidur atau istirahat tidak berkualitas. Berlimpahnya informasi dari media massa, surel, hingga media sosial yang terus-menerus diikuti dapat memicu terjadinya stres. Paparan informasi berlebih juga akan menyulitkan untuk berkonsentrasi pada satu tugas. 

Profesor Psikologi dari Gresham College, Glenn Wilson, mengatakan distraksi dari informasi berlebih dapat menurunkan IQ efektif hingga 10 poin. Kehidupan modern juga ditandai dengan ketergantungan terhadap gawai dan berbagai perangkat elektronik, mulai dari mengerjakan tugas kantor, kuliah, atau sekolah semua menggunakan komputer, baik komputer meja, laptop, tablet, atau ponsel, termasuk aktivitas memantau media sosial. Semua itu membuat orang lupa waktu hingga waktu layar terlalu panjang.

Kurang interaksi langsung
Kegiatan tatap layar yang semakin menyita waktu telah mengurangi interaksi tatap muka secara signifikan. Padahal, perbincangan tatap muka memiliki banyak manfaat bagi otak. Studi dari Universitas Michigan menyebut percakapan tatap muka 10 menit saja dalam sehari bisa memberi dampak positif bagi peningkatan daya ingat dan kognisi. Sementara kurangnya interaksi personal dapat memicu kesepian dan depresi, masalah mental yang berkontribusi pada penurunan kesehatan otak.

Dalam dunia kerja, tuntutan terhadap SDM multitasking juga menjadi ciri dari gaya hidup modern. SDM dengan singletasking tidak lagi diperhitungkan atas nama efisiensi pengeluaran perusahaan. Nyatanya, multitasking memiliki dampak tersendiri pada otak yang pada akhirnya akan membuat orang menjadi kurang produktif.

Seorang ahli saraf kognitif dari Institut Teknologi Massachusetts (MIT), Earl Keith Miller, menyatakan otak manusia pada dasarnya tidak dirancang untuk melakukan multitasking dengan baik. Ketika orang berpikir sedang multitasking, yang sebenarnya terjadi dia hanya berpindah dari satu tugas ke tugas lain dengan sangat cepat.

"Dan setiap kali dia melakukan itu ada dampak terhadap fungsi kognitif yang akan terjadi," jelas Miller.

Multitasking juga diketahui dapat meningkatkan hormon stres kortisol dan juga hormon adrenalin. Dalam jumlah yang tinggi, hormon-hormon ini bisa menstimulasi otak secara berlebih dan menyebabkan sulit berpikir jernih.

Tuntutan pekerjaan yang tinggi membuat banyak orang mengalami kurang tidur yang berdampak dalam jangka pendek maupun panjang. Beberapa di antaranya adalah memperlambat waktu reaksi, mempengaruhi kadar gula darah, suasana hati, memicu sakit kepala, gangguan daya ingat, dan ketidakseimbangan hormon. 

Hasil penelitian terbaru memperingatkan kurang tidur dapat menyebabkan otak mengecil karena cukup tidur berperan penting bagi kesehatan otak. Ketika kurang tidur, kemampuan otak untuk memproses informasi hingga daya ingat turut terganggu. Kurang tidur juga dapat menyebabkan orang berpikir lebih lambat, sulit berkonsentrasi, dan kurang mampu membuat keputusan. Menjalani kehidupan di zaman modern dengan segala dampak buruk yang mengancam dapatkah orang melarikan diri darinya?

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus