Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gaya hidup slow living atau melambatkan hidup mulai dilirik banyak orang untuk menjaga kesehatan mental dan keseimbangan hidup. Gaya hidup ini memungkinkan seseorang terbebas dari segala hiruk-pikuk kesibukan pekerjaan dan tuntutan kehidupan modern yang melakukan aktivitas serba cepat.
Biasanya orang berpikir menjalani Slow living dengan bepergian ke lokasi terpencil atau mengasingkan diri. Namun, pada dasarnya Slow living dapat dilakukan dengan mengurangi peran di dunia kerja, kemudian memperbanyak kegiatan produktif dan menyenangkan di sekitar lingkungan rumah. Lantas apa itu Slow living?
Sesuai dengan namanya, Slow living merupakan gaya hidup yang melambatkan laju hidup demi menikmati setiap momen dan menjadikan setiap aktivitas lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan filosofi utama gerakan Slow living yakni gagasan kesederhanaan sukarela, dimana memilih menghilangkan kelebihan dari hidup untuk lebih menikmati berbagai hal.
Mengutip dari psikologi.uma.ac.id, pola hidup ini sudah dimulai di Italia sejak 1980-an ketika kritikus gastronomi Carlo Petrini menciptakan gerakan Slow Food. Yaitu sebuah filosofi yang bertujuan untuk mengembalikan tradisi Mediterania dan makan sehat tradisional dalam menghadapi munculnya makanan tidak sehat di seluruh dunia.
Slow living dibuat untuk mengembalikan ritme yang lebih tenang agar dapat menjalani hidup lebih tenang dan sehat. Begitu juga supaya terhindar dari pola dan pakem yang selama ini telah membelenggu dan mengganggu kebebasan.
Slow living bertujuan mengembalikan cara hidup masa lalu. Bukan menafikan kemajuan dan perkembangan, melainkan memunculkan kebiasaan hidup yang sesuai dengan kebutuhan manusia yang sebenarnya. Tepatnya memelihara kesehatan manusia sepenuhnya, termasuk menghormati lingkungan.
Dalam gerakan Slow living, aktivitas diselesaikan dengan tenang dan tidak tergesa gesa. Seperti dijelaskan dari slowlivingldn.com, Slow living ditandai dengan pola pikir bermakna dan sadar yang sejalan dengan apa yang paling berharga dalam hidup. Sehingga memberi ruang di kepala untuk memprioritaskan apa yang penting dan menetapkan jumlah waktu yang tepat untuk setiap tugas maupun aktivitas.
Menurut Jenelle Kim, dokter pengobatan Tiongkok, ahli herba, dan penulis Myung Sung: The Korean Art of Living Meditation, Slow living adalah pendekatan hidup sadar yang melibatkan hidup lebih lambat sehingga menghargai setiap momen dan memprioritaskan apa yang penting dalam hidup. Pada akhirnya bermanfaat dari segi mentalitas dan fisik, seperti membuat tidur lebih nyenyak, memperbaiki pencernaan, meningkatkan suasana hati, mengurangi ketegangan otot, dan menurunkan tekanan darah.
Melambatkan laju hidup juga menguatkan relasi dengan kerabat, keluarga, dan tetangga karena memiliki waktu untuk membangun hubungan. Selain itu, gaya hidup ini membuat seseorang pandai bersyukur, mencukupkan diri dengan apa yang dipunyai, tidak iri dan tidak membandingkan dengan yang orang lain miliki.
Dengan gaya hidup santai ini, mampu menghadirkan kebahagiaan. Kebahagiaan yang memang tidak lagi dicari-cari tetapi melekat dalam laku keseharian.
Pilihan Editor: Memahami Gayaq Hidup Slow Living dan Kelebihannya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini