Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gaya hidup slow living sesungguhnya bukan berarti bermalas-malasan, melainkan memilih menjadi manusia merdeka yang mampu mengatur kehidupan sendiri tanpa tekanan dari mana pun dan siapa pun. Mengerjakan segala sesuatu tidak dengan terburu-buru, mampu menikmati setiap aktivitas, dan meresapi setiap momen yang dilalui.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tidak harus menunggu tua atau usia pensiun untuk dapat membebaskan diri dari perbudakan pekerjaan, tidak juga menunggu hingga depresi atau mengalami gejala gila untuk menyadari setiap individu berhak atas kualitas hidup yang baik, merawat akal sehat, dan tidak terseret dalam kegilaan bersama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada banyak definisi dan konsep slow living yang bertebaran di ruang literasi. Akan tetapi, sesungguhnya setiap orang bebas memaknai dan menjalani sesuai rasa dan gaya masing-masing agar bebas dari pola dan pakem yang selama ini telah membelenggu dan mengganggu kebebasan. Namun sekadar sebagai wawasan, berikut beberapa pandangan pakar mengenai slow living.
Memahami arti hidup
Menurut Jenelle Kim, dokter pengobatan Tiongkok, ahli herba, dan penulis Myung Sung: The Korean Art of Living Meditation, slow living adalah pendekatan hidup sadar yang melibatkan hidup lebih lambat sehingga menghargai setiap momen dan memprioritaskan apa yang penting dalam hidup. Pembimbing spiritual dan praktisi pernapasan, Alyse Bacine, seperti dilansir Byrdie, mengatakan slow living mendorong kita untuk melangkah ke cara berpikir yang baru dan memungkinkan untuk menerima dan mengalami semua aspek yang ditawarkan kehidupan.
Kembali mengutip Kim, komponen penting dari slow living adalah menghilangkan stres dalam hidup. Hal ini pada akhirnya tidak hanya bermanfaat dari segi mentalitas, tetapi juga secara fisik. Anda bisa tidur lebih nyenyak, memperbaiki pencernaan, meningkatkan suasana hati, mengurangi ketegangan otot, dan menurunkan tekanan darah.
Melambatkan laju hidup juga bermanfaat untuk kesejahteraan spiritual. Bacine berpandangan menjalani hidup sederhana dan memilih memperhatikan setiap momen membantu lebih dekat dengan diri sendiri dan tujuan yang hendak digapai. Setelah menerapkan gaya hidup lambat, orang cenderung merasa bersyukur dan menghargai hidup sepenuhnya.
Pilihan Editor: Memahami Gaya Hidup Slow Living untuk Redakan Stres
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.