Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Banyak manusia yang tak pernah puas atau bersyukur atas apa yang sudah diberikan Tuhan. Sudah dikaruniai fisik yang sempurna tapi masih menginginkan lebih dengan mengubah pemberian tersebut. Tak punya lesung pipit, dibuatlah dengan penjepit pipi. Wajah bersih mulus, sengaja dibuat bintik-bintik dengan tato. Dan yang kini sedang diminati adalah mengubah warna mata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Warna mata coklat dibuat biru dengan bantuan dokter mata, tak puas lagi dengan lensa kontak. Caranya dengan bantuan pewarna yang dimasukkan ke kornea dengan laser atau lewat operasi implan iris silikon. Terdengar berbahaya? Begitulah faktanya menurut dokter mata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Amerika Serikat, mengubah warna mata belum mendapat persetujuan BPOM negeri itu (FDA) namun sudah banyak yang melakukan. Risikonya adalah sensitivitas parah terhadap cahaya, glaukoma, katarak, penyakit kornea, kehilangan penglihatan, sampai kebutaan. Efek samping langsung muncul setelah prosedur atau butuh waktu bertahun-tahun.
Sebuah klinik di New York yang melayani perubahan warna mata telah menarik perhatian banyak pengguna media sosial dengan dilihat sampai jutaan kali sehari di TikTok. Klinik bernama KERATO ini didirikan oleh Dr. Alexander Movshovich, dan merupakan klinik keratopigmentasi pertama di Amerika Serikat yang menembakkan pigmen ke kornea mata dengan laser untuk menutupi warna asli mata, yang berada di iris. Biayanya USD 12 ribu atau sekitar Rp 190 juta dan tak ditanggung asuransi.
Meski demikian, apapun risikonya tak membuat orang gentar. Pada pemasangan implan di iris, dokter akan mengiris kornea dan memasukkan iris buatan dari silikon ke dalamnya, menurut American Academy of Ophthalmology. Operasi ini ilegal di AS sehingga banyak orang melakukannya di luar negeri. Banyak pakar menilai tindakan ini malpraktek.
Risiko kehilangan penglihatan
Dr. Guillermo Amescua, spesialis kornea di Institut Mata Bascom Palmer di Universitas Miami mengaku telah merawat beberapa pasien yang mengalami komplikasi serius implan iris dan terpaksa membuang implan itu, yang artinya operasi tambahan yang akan semakin merusak mata. Salah satu pasiennya mengalami kebutaan sebagian, ada juga yang menderita glaukoma. Konsekuensinya tak hanya fisik tapi juga mental.
"Ketika memasang implan, mereka sangat bahagia karena merasa lebih percaya diri. Saat mulai mengalami komplikasi, mereka pun mulai depresi ketika implan dibuang," jelas Amescua kepada USA Today.
Bagaimana dengan keratopigmentasi? Dr. Melissa Daluvoy, dokter mata dari Sekolah Kedokteran Universitas Duke, mengatakan prosedur ini mungkin yang teraman tapi tetap tidak merekomendasikan orang melakukannya. Cara ini juga membuat dokter lebih sulit mendeteksi bila ada masalah mata seperti glaukoma atau katarak.
"Pigmen pada kornea bisa menghalangi pandangan sehingga masalah mata tersebut lebih sulit didiagnosa dan diobati," ujarnya.
Pilihan Editor: Masalah Kesehatan yang Dapat Mempengaruhi Warna Mata