Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kebiasaan memilah sampah organik dan nonorganik harus diajarkan sejak dini kepada anak agar dapat memahami arti penting menjaga kebersihan lingkungan dan kelestarian alam di masa depan. Chief Advokasi, Kampanye, Komunikasi, dan Media Save organisasi nonpemerintah The Children, Troy Pantouw, mengatakan jika anak terbiasa memilah sampah sejak kecil maka mereka akan lebih peduli terhadap sampah saat sudah dewasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami ajak anak-anak dan masyarakat untuk membiasakan diri memilah sampah plastik. Jadi, anak-anak itu terbiasa untuk memilah sampah plastik kemudian dibuang pada tempatnya," katanya dalam gelar wicara di Taman Literasi Martha Chistina Tiahahu, Jakarta Selatan, Sabtu, 18 Maret 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Troy menuturkan gerakan memilah sampah plastik yang dilakukan dalam enam bulan terakhir pada Oktober 2022-Maret 2023 ada 560 kilogram sampah plastik yang telah dikelola dan tidak berakhir ke tempat pembuangan akhir serta membantu mengurangi jejak karbon yang cukup besar. Menurutnya, program memilah sampah dilakukan melalui edukasi dan aktivitas kampanye dengan mendekati anak-anak untuk menumbuhkan kreativitas dalam diri mereka.
"Kesadaran yang tumbuh dari anak untuk melakukan pemilihan sampah plastik itu adalah tujuan yang kemudian pelan-pelan anak-anak menyadari," jelasnya.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah mencanangkan program bertajuk Indonesia Bersih 2025 berlandaskan Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang kebijakan dan strategi nasional pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga. Melalui program itu, pemerintah menargetkan dapat menangani 70 persen sampah dan mengurangi 30 persen sisanya melalui strategi dari hulu ke hilir.
Berbagai cara dilakukan agar target itu terwujud dengan menumbuhkan kesadaran masyarakat agar mengurangi sampah sekali pakai, mendorong sektor rumah tangga agar mandiri melakukan kegiatan pengomposan, hingga mengurangi sampah di tempat pemrosesan akhir melalui teknologi insinerator. Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DKI Jakarta, Asep Kuswanto, mengatakan gerakan memilah sampah yang ditumbuhkan sejak diri dari dalam diri anak-anak merupakan program yang bagus.
"Mereka dari mulai sekolah ditanamkan sejak dini tentang aktivitas memilah sampah, maka mereka akan menyadari tentang sampah di masa depan," kata Asep.
Gaya Generasi Z
Juru Kampanye Anak, Zahra, mengatakan generasi Z saat ini sering dicap punya gaya hidup tinggi dan konsumtif serta memakai bahan yang tanpa disadari mengundang emisi sehingga stigma itu harus didobrak agar anak muda bisa tampil dalam berbagai aksi lingkungan. Salah satunya memilah dan mengolah sampah plastik.
"Kami mengajak masyarakat yang masih memiliki gaya hidup konsumtif untuk mendaur ulang sampah menjadi gaya hidup, bahkan produk fashion," ujarnya.
Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian LHK mencatat komposisi sampah berdasarkan jenis didominasi oleh sampah sisa makanan sebanyak 41,9 persen, sampah tumbuhan (kayu, ranting, dan daun) 12 persen, sampah kertas atau karton 10,7 persen, sampah plastik 18,7 persen, dan sampah lain 6,9 persen. Sementara itu, komposisi sampah berdasarkan sumber sampah masih didominasi oleh rumah tangga dengan angka mencapai 37,6 persen, pasar tradisional 16,6 persen, dan pusat perniagaan mencapai 22,1 persen.
Adapun, cara sederhana mengatasi sampah adalah memilah sampah dan mengolah sampah melalui konsep reduce (mengurangi), reuse (menggunakan ulang), dan recycle (mendaur ulang) atau sering dikenal 3R.
Pilihan Editor: 4 Cara Membuat Kerajinan dari Limbah Plastik
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.