Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bukan hanya atap atau ember yang bisa bocor. Usus juga bisa, yang disebut juga intestinal permeability, yakni kondisi di mana saluran usus kecil rusak. Akibatnya adalah partikel-partikel, racun, dan zat-zat yang tak dibutuhkan dan tak bisa dicerna, serta bakteri keluar dari usus dan membanjiri aliran darah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Darah pun dipenuhi benda-benda asing sehingga respons sistem kekebalan tubuh yang negatif dan mengakibatkan peradangan dan reaksi alergi, seperti migrain, masalah perut, eksim, kelelahan parah, alergi makanan, rematik, dan lain-lain. Kerusakan sel-sel usus juga membuat usus tak mampu memproduksi enzim yang dibutuhkan untuk mencerna. Akibatnya, tubuh tak bisa menyerap zat-zat yang dibutuhkan dan menyebabkan ketidakseimbangan hormon dan sistem kekebalan tubuh yang melemah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti dilansir Healthy Women, usus bocor disebabkan oleh pola makan yang keliru, misalnya mengandung zat-zat yang bisa membuat reaksi negatif, seperti gluten, kedelai, dan produk-produk susu. Ketika makanan itu ditelan, tubuh pun berjuang memproduksi antibodi yang memicu respons kekebalan sehingga menyebabkan diare, pusing, lelah, dan nyeri otot.
Usus bocor juga bisa disebabkan oleh obat-obatan seperti antibiotik, steroid, atau pereda rasa sakit yang dijual bebas, misalnya aspirin dan asetaminofen. Obat-obatan itu membuat usus iritasi dan merusak selaput pelindung. Menurut Dr. Leo Galland, direktur Yayasan Obat-obatan Terintegrasi di Amerika Serikat, 10 tanda adanya kebocoran usus adalah:
*Diare akut, sembelit, kentut, atau kembung
*Kurang gizi
*Sistem kekebalan tubuh lemah
*Sakit kepala, bingung, kehilangan daya ingat
*Rasa lelah berlebihan
*Ruam kulit, dan masalah seperti jerawat dan eksim
*Ingin mengonsumsi gula dan karbohidrat
*Nyeri persendian
*Depresi, gelisah
*Penyakit autoimun, seperti lupus, rematik, penyakit Celiac atau Chron’s
Bagaimana mengatasinya? Kuncinya adalah mengubah pola makan dan memangkas makanan yang bisa menjadi racun buat tubuh, misalnya gluten, alkohol, kafein, produk-produk susu, atau kedelai. Tambah lemak sehat dari ikan, kelapa, dan alpukat, serta probiotik.