Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Viral Puluhan Orang Mabuk Kecubung, Pakar Sebut Awalnya Coba-coba hingga Kecanduan

Pakar obat tradisional menyebut rasa ingin mencoba hingga kecanduan menjadi beberapa alasan orang makan buah kecubung.

16 Juli 2024 | 11.38 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kecubung. Foto : Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Viral sekitar 50 orang mabuk kecubung di Kalimantan Selatan, bahkan sampai ada yang tewas. Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional Jamu Indonesia (PDPOTJI) menyebut rasa ingin mencoba hingga kecanduan menjadi beberapa alasan orang makan buah kecubung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Alasan mencoba kecubung biasanya orang dengan kondisi emosi atau mental yang labil, misalnya anak muda dan remaja,” kata Ketua PDPOTJI Dr. (Cand.) dr. Inggrid Tania, Senin, 15 Juli 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia menuturkan konsumsi buah kecubung sering karena orang dalam kondisi emosi atau mental yang tidak stabil, biasanya dijadikan sebagai pelarian dari depresi atau stres. Kondisi coba-coba tersebut menurutnya sama dengan rasa ingin tahu ketika ingin merasakan rokok, obat keras, atau narkoba. Sedangkan pada kondisi kecanduan, pecandu  menyalahgunakan kecubung dan mencampurkan dengan obat keras bernama Zenith yang mengandung zat Carnophen.

“Itu adalah obat psikoaktif atau t yang bersifat adiktif, bahkan sebetulnya ilegal, sudah tidak diizinkan beredar oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Dulunya obat kelainan tulang tapi karena bisa bersifat psikoaktif dan menimbulkan kecanduan, itu dilarang,” ujar Inggrid.

Namun, peredaran Zenith di masyarakat masih ditemukan dengan harga murah, termasuk oplosannya yang menggunakan buah kecubung. Inggrid mengingatkan konsumsi minuman tersebut dapat mengancam kesehatan karena dapat menimbulkan halusinasi, meningkatnya gairah seksual secara tiba-tiba, gangguan denyut jantung, sampai kematian.

Durasi keparahan efek sampingnya juga berbeda pada setiap orang sehingga penggunaannya tidak dianjurkan. Terkait pengobatan, efeknya pun tidak ada yang dapat dilakukan oleh masyarakat selain membawa pasien mabuk ke rumah sakit terdekat.

“Masyarakat tidak bisa bantu dari sisi medis. Jalan satu-satunya adalah dibawa ke rumah sakit karena orang yang mabuk kecubung harus diberi obat-obatan yang sifatnya antidot terhadap senyawa-senyawa yang menimbulkan mabuk atau halusinasi,” paparnya.

Hidup dalam delusi
Kemudian pada Selasa, 16 Juli 2024, Direktur Reserse Narkoba Polda Kalimantan Selatan Kombes Pol Kelana Jaya mengungkapkan hasil uji Laboratorium Forensik (Labfor) Mabes Polri Cabang Surabaya menyatakan buah kecubung positif mengandung atropin dan skopolamin.

"Untuk narkotika, psikotropika, dan obat berbahaya lain negatif. Yang pasti penggunaan kecubung tidak baik berdasarkan kandungannya, apalagi sampai dicampur dengan obat-obatan terlarang dan alkohol," katanya.

Sementara Kabid Dokkes Polda Kalsel Kombes Pol dr. Muhammad El Yandiko menambahkan kandungan atropin dan skopolamin pada tanaman kecubung berbahaya bagi kesehatan, terutama pada buah dan akar yang paling tinggi kandungannya, yakni 0,4 sampai 0,9 persen disusul, daun dan bunga 0,2 sampai 0,3 persen. Secara alami kecubung juga mengandung alkaloid, dalam bahasa medis disebut golongan obat antikolinergik yang bekerja pada sistem saraf pusat sehingga dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung, efek anestesi, dan halusinasi yang bisa bertahan selama dua hari.

"Pengguna akan kesulitan membedakan antara realita dan delusi yang dialami. Kemudian efek ketergantungan menyusul dan akhirnya menyebabkan keracunan jika dikonsumsi berulang," ujar Yandiko.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus