Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Persawahan dengan teraseringnya bagai menu utama di rumah makan Waroeng Kemarang, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Suasana perdesaan seperti di Ubud, Bali, menjadi konsep utama yang diusung penggagas warung sederhana itu, yakni Wowok Meirianto dan Ririt. Kuliner di Banyuwangi kian komplit dengan kehadiran warung ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keduanya adalah suami-istri asal Desa Tamansuruh, Banyuwangi, yang mendirikan Waroeng Kemarang. Baru-baru ini, warungnya dikunjungi Menteri Pariwisata Arief Yahya. Sebab, kata Arief, Waroenk Kemarang telah menjadi salah satu destinasi baru di kota berjuluk Spirit of Java itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Terima kasih dan selamat kepada Wowok dan Ririt yang telah mendukung pariwisata Banyuwangi dengan mendirikan Waroeng Kemarang," kata Menpar Arief dalam siaran pers Kementerian Pariwisata yang dirilis pada Senin, 17 Juni.
Warung itu menyediakan menu khas Jawa Timur. Bagi yang ingin berwisata kuliner, menyambangi warung ini rasanya komplet karena di sana tersedia beragam penganan. Mulai sego tempong, rujak soto, pelasan, uyah asem, sego janganan, pecel pitik, kopi lethek, hingga sumping dan kucur.
Selain berkembara lidah, pelancong dapat memanfaatkan dekorasi rumah makan itu untuk berfoto. Gaya bangunannya yang khas Jawa menjadi bingkai gambar yang unik. Di bagian luar ruangan, warung ini dihiasi dengan taman-taman kecil.
Warung itu terdiri atas dua ruangan. Bagian atas adalah ruangan semi-outdoor dengan bangunan menyerupai joglo. Joglo itu diklaim menjadi rumah adat Osing—suku di Banyuwangi—terbesar.
Suasana Jawa kental terasa karena sepanjang warung buka, musik dan kesenian tradisional seperti angklung, gandrung, barong, dan gamelan akan ditampilkan langsung. Harga menu di warung itu dibanderol mulai Rp 5.000 untuk minuman dan Rp 5.000 untuk makanan.