Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Waspadai Adaptasi Olahraga Sebelum dan Sesudah Lebaran

Apakah Anda langsung olahraga setelah merayakan Lebaran karena tidak berpuasa? Waspadai berbagai perubahan pada tubuh.

24 Mei 2020 | 07.15 WIB

Ilustrasi seorang wanita olahraga di rumah. Unsplash.com/Jonathan Borba
Perbesar
Ilustrasi seorang wanita olahraga di rumah. Unsplash.com/Jonathan Borba

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu oleh seluruh umat Muslim di dunia. Salah satu sebabnya adalah hari kemenangan ini disambut dengan makan besar dari sederet menu khas seperti opor ayam dan ketupat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Adapun Lebaran juga menjadi titik saat masyarakat menyelesaikan ibadah puasa Ramadhan. Pada masa ini, tak sedikit orang yang terburu-buru menjalankan aktivitas seperti sedia kala, seperti olahraga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Founder & Chief Operating Officer aplikasi penyedia olahraga dan makanan sehat DOOgether, Helmy Rianda mengatakan bahwa hal tersebut dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. “Paling sederhananya ya passed out atau pingsan,” katanya dalam Nutritalk di live Instagram bersama @nutrifood pada Rabu, 20 Mei 2020.

Helmy menjelaskan, masalah kesehatan muncul akibat kebiasaan yang berubah. Dalam artian, puasa selama satu bulan telah mengubah jenis olahraga ke intensitas rendah. “Kalau kita langsung kembali ke high intensity karena sudah tidak puasa, tubuh akan kaget karena terlalu berat. Ini yang membuat masalah pada tubuh,” katanya.

Untuk itu, Helmy pun mengimbau agar setiap orang berolahraga sesuai dengan kemampuan dan tidak terlalu memaksakan. “Kuncinya adalah listen to your body. Jangan langsung tembak high intensity dan jor-joran. Tapi kira-kita mana yang kuat, langkah demi langkah, baru kembali seperti normal,” katanya.

Bagi Helmy pribadi, cara mengecek apabila dirinya sanggup atau tidak menjalankan suatu olahraga adalah dengan didahului pemanasan lalu melompat 50 kali. “Adaptasi dulu. Kalau saya 50 kali lompat, sanggup atau tidak. Ketika kuat berarti bisa lanjut high intensity, kalau ngos-ngosan ya jangan,” katanya.

Hal tersebut juga berlaku dari jumlah olahraga yang dijalani per minggu. Misalnya selama puasa hanya olahraga satu kali seminggu dan biasanya tiga kali seminggu, maka coba pasca puasa coba dua kali dahulu. “Coba lihat, sanggup enggak di dua kali olahraga per minggu. Kalau belum sanggup, santai satu, nanti dua, baru normal,” katanya.

SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA | INSTAGRAM

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus