Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

Waspdai Leptospirosis dan Diare di Musim Pancaroba

Pakar kesehatan mengingatkan leptospirosis perlu diwaspadai selama musim pancaroba. Penyakit apa lagi yang perlu diwaspadai?

4 November 2023 | 17.18 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia kini memasuki musim pancaroba dari kemarau ke musim hujan. Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Dr Tjandra Yoga Aditama, mengingatkan leptospirosis akibat bakteri leptospira perlu diwaspadai selama musim pancaroba. Ia mengatakan penyakit ini ditularkan melalui kotoran dan air kencing tikus. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sementara pada musim hujan, terutama saat banjir, tikus-tikus yang tinggal di liang-liang tanah akan ikut keluar menyelamatkan diri. Tikus tersebut berkeliaran di sekitar manusia dan kotoran serta air kencingnya akan bercampur dengan air banjir.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Seseorang yang memiliki luka, kemudian bermain atau terendam air banjir yang sudah tercampur kotoran dan kencing tikus yang mengandung bakteri lepstopira berpotensi terinfeksi dan akan jatuh sakit," jelasnya.

Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI itu memberikan tips mengantisipasi leptospirosis dengan menjaga kebersihan agar tak ada tikus berkeliaran, tidak bermain air saat banjir, terutama jika memiliki luka. Cara lain dengan memakai pelindung seperti sepatu bot jika terpaksa harus ke daerah banjir dan segera berobat bila sakit dengan gejala panas tiba-tiba, sakit kepala, dan menggigil.

Selain leptospirosis, masih ada beberapa penyakit lain yang perlu diwaspadai selama musim pancaroba, termasuk diare. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan individu. Musim panas yang berkepanjangan menyebabkan pasokan air bersih juga berkurang dan dengan persediaan air tebatas maka kebersihan diri juga menurun. Hal ini akan meningkatkan penularan diare.

Kemudian, demi melindungi diri dari risiko diare, dia menganjurkan untuk membiasakan cuci tangan dengan sabun setiap akan makan atau minum serta sehabis buang hajat dan biasakan merebus air minum hingga mendidih setiap hari. Selain itu, jaga kebersihan lingkungan, hindari tumpukan sampah di sekitar tempat tinggal, serta tidak lupa berobat bila ada gejala diare.

Demam dengue
Penyakit lain yang juga perlu diwaspadai yaitu demam dengue yang ditularkan melalui nyamuk aedes aegypti. Menurut Tjandra, pada musim kemarau persediaan air bisa sangat terbatas sehingga masyarakat cenderung menghemat air dan kebiasaan menguras bak-bak air juga menjadi jarang.

"Hal ini memberikan kesempatan kepada nyamuk aedes aegypti untuk berkembang biak yang pada akhirnya meningkatkan faktor risiko terjadinya penularan penyakit demam dengue," kata mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu.

Di sisi lain, pada pergantian dari musim panas ke musim hujan akan terjadi genangan-genangan air di beberapa kontainer yang sebelumnya tidak berisi air seperti ban-ban bekas, kaleng, serta talang-talang rumah dengan kontruksi kurang bagus. Ini semua memberikan kesempatan kepada vektor penyakit demam berdarah untuk berkembang biak.

Dia mengingatkan risiko terkena penyakit demam tifoid yang sangat erat kaitannya dengan ketersediaan air bersih. Penyakit ini sangat mudah menular melalui makanan minuman yang diproses kurang bersih. Tjandra menambahkan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) juga termasuk penyakit yang perlu diwaspadai. Pada situasi pancaroba dan polusi udara, ISPA akan meningkat. Selain itu, perlu juga mengantisipasi perburukan penyakit kronis yang mungkin memang sudah diderita karena penurunan daya tahan tubuh akibat musim pancaroba.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus