Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Wisata Kuliner Ganja di Thailand, Makannya di Rumah Sakit

Wisatawan dapat mencicipi aneka menu yang terbuat dari ganja. Roti lapis daging babi dan mariyuana, salad ganja, dan sup daun ganja.

22 Januari 2021 | 12.52 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sandwich daging babi dengan daun ganja disajikan di kantin rumah sakit Abhaibhubejhr di provinsi Prachin Buri, di luar Bangkok, Thailand 15 Januari 2021. Hanya mereka yang diberi wewenang oleh pemerintah yang dapat menanam dan membudidayakan ganja. Rumah Sakit Chao Phraya Abhaibhubejhr sendiri memang telah aktif mempromosikan ganja untuk penggunaan medis. REUTERS/Jorge Silva

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Thailand mencabut ganja dari daftar narkotika. Kebijakan ini membuat masyarakat dapat membudidayakan ganja asalkan mengantongi izin dari pemerintah. Rumah Sakit Chao Phya Abhaibhubejhr di Prachin Buri, salah satu yang punya izin dan menggunakan ganja sebagai pengobatan sekaligus bisnis kuliner.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pengelola rumah sakit menyajikan kuliner ganja di kantin. Di sana, pengunjung dapat mencicipi aneka menu yang terbuat dari ganja. Di antaranya roti lapis daging babi dengan daun mariyuana, salad daun ganja dicampur daging babi giling dan sayuran, dan sup daging babi plus ganja. Nama hidangan itu cukup menarik, seperti "roti cekikikan" dan "salad menari bahagia".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hidangan salad dengan daun ganja goreng di kantin rumah sakit Abhaibhubejhr di Bangkok, Thailand, 15 Januari 2021. Rumah sakit ini memang telah aktif mempromosikan ganja untuk penggunaan medis dan membuka klinik medis mariyuana pada 2019. Selain itu, rumah sakit ini juga mendistribusikan minyak ganja dengan kandungan THC rendah pada pasien. REUTERS/Jorge Silva

Seorang pengunjung Kantin Chao Phya Abhaibhubejhr, Ketsirin Boonsiri mengatakan cita rasa makanan di kantin itu berbeda dari makanan sejenis. "Rasanya aneh, tapi enak," kata Ketsirin Boonsiri yang baru pertama makan ganja lewat menu di kantin itu.

Adapun Nattanon Naranan mengatakan rasa daun ganja di dalam roti, sup, maupun salad, mirip sayuran biasa. "Cuma efek sampingnya berbeda," kata Nattanon Naranan yang merasa tenggorokannya kering setelah menyantap hidangan berbahan mariyuana."Saya jadi ingin makan makanan manis."

Daun ganja goreng disajikan di kantin rumah sakit Abhaibhubejhrdi provinsi Prachin Buri, di luar Bangkok, Thailand 15 Januari 2021. Tanaman ganja yang diolah menjadi makanan ini tidak termasuk bagian tunas daun ganja. REUTERS/Jorge Silva

Pimpinan proyek olahan daun ganja di Rumah Sakit Chao Phya Abhaibhubejhr, Pakakrong Kwankao mengatakan, takaran daun ganja dalam makanan di kantin relatif aman. "Jumlahnya sangat sedikit dan makanan ini bisa membantu pasien cepat pulih," katanya. Selain membuat pasien merasa lebih baik, menurut Pakakrong Kwankao, daun ganja dapat meningkatkan nafsu makan dan bikin tidur nyenyak.

Upaya rumah sakit itu dalam mempopulerkan makanan berdaun ganja mendapat dukungan dari Wakil Menteri Pendidikan Thailand, Kanokwan Vilawan. Pemerintah Thailand akan mempromosikan masakan tradisional, seperti sup kari hijau, yang dicampur daun ganja dengan dosis aman, supaya mendunia.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus