Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Yang Ini Dari Belanda

JBJI (Yayasan Bedah Jantung Indonesia) dipimpin ny. Rachmat Saleh, akan melakukan bedah jantung koroner kepada 25 orang pasien. Usaha ini merupakan hasil kerjasama dengan RSCM & Yayasan Jantung Belanda.

26 September 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NIAT baik untuk menolong para penderita penyakit jantung yang tidak mampu tambah meningkat belakangan ini. Tiga minggu setelah tim bedah jantung dari Amerika Serikat yang dipimpin Michael Ellis Bakey pulang meninggalkan Jakarta, Nyonya 1. Rachmat Saleh (istri Gubernur Bank Sentral) tampil dengan cita-citanya. "Pada pertengahan bulan Oktober sebanyak 25 orang pasien akan menjalani bedah jantung koroner. Usaha ini merupakan hasil kerjasama antara Yayasan Bedah Jantung Indonesia bekerjasama dengan RS Cipto Mangunkusumo dan Nederlandse Hartstichting (yayasan jantung Belanda)," katanya dalam sebuah konperensi pers. Ada yang menyangka Yayasan Bedah Jantung Indonesia itu berdiri setelah mendapat inspirasi dari kedatangan tim bedah jantung AS tempo hari. Rupanya anggapan ini tidak benar. Sebab menurut Nyonya Rachmat Saleh organisasi sosial yang diketuainya itu sudah berdiri sejak 10 Januari 1980. Memang pada awal berdirinya organisasi yang dipimpin oleh sebagian besar istri kalangan Bank Indonesia itu masih bernama Yayasan Bedah Jantung Remaja Indonesia. Karena ketika itu kegiatannya hanya terpusat pada bantuan untuk anak-anak dan remaja yang menderita kelainan jantung. Beberapa remaja sempat dibantu yayasan yang mengirimkan mereka ke Negeri Belanda untuk menjalani bedah jantung. Belakangan organisasi itu memprakarsai pula bedah jantung untuk penderita dewasa. "Karena semakin meluasnya aktivitas kami, maka sejak 21 Agustus 1981 organisasi ini berubah nama menjadi Yayasan Bedah Jantung Indonesia," katanya. Agak Longgar Agak menarik juga melihat kegiatan YBJI ini. Kalau yayasan jantung yang lain, seperti Dewi Sartika, Yayasan Jantung Koroner dan Yayasan Kardiologi Indonesia berpusat dan bergerak di Jakarta, yayasan jantung orang-orang bank ini mencurahkan perhatian ke daerah. "Ini memang cita-cita kami untuk membantu masyarakat di daerah," ucap Nini Suyanto, sekretaris yayasan. Mereka memilih Surabaya sebagai pusat kegiatan. Kota itu memiliki rumah sakit yang mempunyai dokter-dokter ahli jantung dan punya fasilitas bedah meskipun tidak selengkap RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Dalam bulan Oktober 1980 di RS Sutomo berhasil ditolong 6 penderita kelainan jantung remaja. Selain bantuan uang yang diberikan yayasan untuk para pasien, dia juga menyumbangkan peralatan ke rumahsakit itu sebesar Rp 75 Juta. Bedah jantung yang dilakukan di Surabaya itu kedengarannya lebih berani dibandingkan dengan yang dilakukan oleh tim DeBakey dari AS baru-baru. Ada kesan bahwa pengalihan teknologi dalam bidang bedah jantung dengan tim bedah Belanda yang didatangkan oleh YBJI berjalan dengan agak longgar. Kalau tim DeBakey datang dan melaksanakan bedah secara langsung, maka tim dari Belanda yang ketika itu dipimpin Prof Dr. A.G. Brom, "hanya menjadi pengawas-bagaimana dikatakan Nini Suy anto. Dokter asal Surabaya yang melakukan. operasi, sebelumnya menjalani latihan dulu di Leiden. Setelah operasi di Surabaya itu berhasil baik, di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta dilaksanakan pula operasi jantung untuk 6 anak, juga dengan pengawasan Dr. A.G. Brom. Sampai sekarang sudah 20 anak yang dioperasi, satu di antaranya meninggal. Menurut Nini Suyanto yayasan memang akan memberikan bantuan kepada pasien yang kurang mampu. "Tapi kami juga berusaha untuk menanamkan rasa tanggungjawab terhadap si pasien. Artinya si penderita atau keluarganya diharapkan membayar semampunya sebagai pernyataan tanggungjawab mereka," katanya. Yayasan tidak mengeluarkan ongkos untuk kedatangan tim dokter Belanda itu. Tarif serta ongkos perjalanan mereka ditangung oleh yayasan jantung yang terdapat di Belanda. Yayasan jantung Belanda itu kabarnya juga memberikan bantuan kepada negara-negara di Afrika dan Amerika Selatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus