Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Kisah Yuyun Dan Mantri Sopandi

Yuyun Banyungsi, 21, mengalami kebutaan akibat kesalahan obat dari mantri Sopandi di Bogor yang memberinya salep kulit (ikamicetin). Tapi Sopandi menyangkal, menurutnya mata Yuyun terserang virus.

26 September 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

YUYUN Banyungsi, 21 tahun, bukanlah tipe wanita yang penyakitan. Selama hidupnya wanita yang punya anak satu itu mengaku untuk pertama kali pergi berobat bulan Juli yang lalu. Kepada Mantri Sopandi yang buka praktek di Balai Pengobatan Umum Warga Sehat, Desa Cikaret, Bogor, dia mengeluh panas, mual dan gembung. Biasa. Supaya cespleng mantri yang pernah bekerja sebagai perawat di RS PMI Bogor itu memberikan injeksi ditambah obat antibiotika dan vitamin. Yuyun merasa agak lebih enak. Tapi sekarang matanya mendadak bengkak dan berbintik-bintik. Lalau dia berangkat lagi menemui sang mantri yang berusia 35 tahun itu. Begitu melihat pasiennya datang kembali dengan mata merah dan berjendol, mantri kabarnya menduga Yuyun menierita alergi. Yuyun lantas disuntik dan dia beri salep Ikamicetin yang biasa dipergunakan dokter untuk penyakit kulit serta obat tetes mata. "Salep ini dioleskan malam hari pada pinggiran mata yang sakit. Obat tetesnya langsung diteteskan ke mata," begitu pesannya. Yuyun Banyungsi, istri pedagang kecil di Pasar Ramayana Bogor itu tidak tahu soal obat-obatan. Apa yang dikatakan mantri langsung dikerjakan. Salep Ikamicetin tersebut diduga membawa bala. Begitu dioleskan ke mata tak lama kemudian kepalanya mumet, badan rasanya tak karuan. Dan ini yang paling mencemaskan: bengkak matanya menjadi-jadi. Warnanya merah seperti saga. Radang Kornea Untuk datang kembali kepada mantri, Yuyun rupanya bimbang. Lalu dia berangkat menemui Robin Aritonang seorang dokter yang buka praktek pribadi di desa Cikaret. Di tangan dokter ini kesehatannya berangsur pulih. Matanya pun sudah bening kembali. Namun sang dokter berpesan kalau matanya masih sakit juga, dia akan dikirim ke spesialis penyakit mata. Ternyata matanya itu masih perih. Lalu dr. Robin mengirimkannya ke ahli penyakit mata. Hasil pemeriksaan dokter mata itu menyebutkan mata kanan si Yuyun sudah tak bisa melihat. Sedangkan yang kiri kurang fungsinya. Sekalipun ahli mata itu tidak menyebutkan kondisi mata pasien yang hampir buta itu sebagai akibat salep kulit Ikamicetin, kalangan dokter menganggap mata bisa buta kalau kena obat salep kulit y ang mengandung chlorampbenicol itu. Yuyun sendiri sampai 4 kali mengoleskannya ke mata. Yuyun kemudian menemui Mantri Sopandi dan menceritakan obat yang dia berikan telah merusak matanya. Maka mantri pun membawa Yuyun ke dokter ahli mata Suprayitno. Semua pengobatan dan resep dari dokter mata itu juga ditanggung oleh Mantri Sopandi. Selama 2 bulan berobat ke dokter mata, penglihatan Yuyun belum pulih juga. Matanya yang sebelah kiri memang sudah bisa melihat remangremang. Tapi yang kanan sama sekali buta. Wanita muda itu sampai sekarang mendekam saja di rumahnya. Ia benar-benar menyesali peruntungan. Tak bisa merawat anaknya yang baru berumur 2 bulan. Balai pengobatan tempat mantri tadi adalah contoh dari sebuah penjualan pelayanan kesehatan sukses. Dengan sikap bak seorang dokter, dia selalu menerima pasien dengan sebuah steteskop, suatu alat yang selalu diasosiasikan orang dengan dokter. Pasiennya cukup meng giurkan, rata-rata 30 orang tiap hari. Selain tarifnya yang memang miring dibanding tarif dokter (suntik plus obat-obatan untuk Yuyun misalnya cuma Rp 1. 200, dia juga memikat pengunjung dengan pesawat tv. Ketika ditemui, mantri itu tetap menunjukkan sikap seorang pemberi pelayanan kesehatan yang sukses dan disenangi masyarakat. "Pengetahuan mengenai obat antara mantri dan dokter sama saja. Begitu juga cara mengobati panas," katanya meyakinkan. Penyakit mata yang diderita Yuyun menurut dia bukan karena kekeliruan obat, tetapi karena serangan virus. Begitu datang, katanya, penderita sudah sakit mata dan diobati. "Sedangkan salep kulitnya untuk koreng dalam lubang hidung," katanya pula dengan pasti. Menurut Sopandi, Yuyun tidak salah dalam mempergunakan obat yang dia berikan. Menurut dia Yuyun menderita penyakit mata yang hebat. Tetapi untuk mengetahui penyakit mata apa yang diderita memerlukan keahlian istimewa. "Jangankan mantri, dokter pun belum tentu bisa mengetahui apa penyebabnya. Yuyun menderita keratitis yang lemah. Ini menurut keterangan dokter mata Supriyanto sendiri," katanya. Tidak dia jelaskan apakah dokter itu juga menyebutkan bahwa peradangan yang terjadi pada kornea mata tersebut disebabkan oleh salep kulit yang masuk ke mata Yuyun. Tim dari Dihas Kesehatan Bogor sedang menyelidiki kasus itu. Sedangkan balai pengobatan tempat mantri tersebut mempraktekkan keahliannya untuk sementara ditutup, sambil nenunggu keputusan Gubernur Ja-Bar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus