YUYUN Banyungsi, 21 tahun, bukanlah tipe wanita yang penyakitan.
Selama hidupnya wanita yang punya anak satu itu mengaku untuk
pertama kali pergi berobat bulan Juli yang lalu. Kepada Mantri
Sopandi yang buka praktek di Balai Pengobatan Umum Warga Sehat,
Desa Cikaret, Bogor, dia mengeluh panas, mual dan gembung.
Biasa. Supaya cespleng mantri yang pernah bekerja sebagai
perawat di RS PMI Bogor itu memberikan injeksi ditambah obat
antibiotika dan vitamin. Yuyun merasa agak lebih enak. Tapi
sekarang matanya mendadak bengkak dan berbintik-bintik.
Lalau dia berangkat lagi menemui sang mantri yang berusia 35
tahun itu. Begitu melihat pasiennya datang kembali dengan mata
merah dan berjendol, mantri kabarnya menduga Yuyun menierita
alergi. Yuyun lantas disuntik dan dia beri salep Ikamicetin yang
biasa dipergunakan dokter untuk penyakit kulit serta obat tetes
mata. "Salep ini dioleskan malam hari pada pinggiran mata yang
sakit. Obat tetesnya langsung diteteskan ke mata," begitu
pesannya.
Yuyun Banyungsi, istri pedagang kecil di Pasar Ramayana Bogor
itu tidak tahu soal obat-obatan. Apa yang dikatakan mantri
langsung dikerjakan. Salep Ikamicetin tersebut diduga membawa
bala. Begitu dioleskan ke mata tak lama kemudian kepalanya
mumet, badan rasanya tak karuan. Dan ini yang paling
mencemaskan: bengkak matanya menjadi-jadi. Warnanya merah
seperti saga.
Radang Kornea
Untuk datang kembali kepada mantri, Yuyun rupanya bimbang. Lalu
dia berangkat menemui Robin Aritonang seorang dokter yang buka
praktek pribadi di desa Cikaret. Di tangan dokter ini
kesehatannya berangsur pulih. Matanya pun sudah bening kembali.
Namun sang dokter berpesan kalau matanya masih sakit juga, dia
akan dikirim ke spesialis penyakit mata.
Ternyata matanya itu masih perih. Lalu dr. Robin mengirimkannya
ke ahli penyakit mata. Hasil pemeriksaan dokter mata itu
menyebutkan mata kanan si Yuyun sudah tak bisa melihat.
Sedangkan yang kiri kurang fungsinya. Sekalipun ahli mata itu
tidak menyebutkan kondisi mata pasien yang hampir buta itu
sebagai akibat salep kulit Ikamicetin, kalangan dokter
menganggap mata bisa buta kalau kena obat salep kulit y ang
mengandung chlorampbenicol itu. Yuyun sendiri sampai 4 kali
mengoleskannya ke mata.
Yuyun kemudian menemui Mantri Sopandi dan menceritakan obat yang
dia berikan telah merusak matanya. Maka mantri pun membawa Yuyun
ke dokter ahli mata Suprayitno. Semua pengobatan dan resep dari
dokter mata itu juga ditanggung oleh Mantri Sopandi.
Selama 2 bulan berobat ke dokter mata, penglihatan Yuyun belum
pulih juga. Matanya yang sebelah kiri memang sudah bisa melihat
remangremang. Tapi yang kanan sama sekali buta. Wanita muda itu
sampai sekarang mendekam saja di rumahnya. Ia benar-benar
menyesali peruntungan. Tak bisa merawat anaknya yang baru
berumur 2 bulan.
Balai pengobatan tempat mantri tadi adalah contoh dari sebuah
penjualan pelayanan kesehatan sukses. Dengan sikap bak seorang
dokter, dia selalu menerima pasien dengan sebuah steteskop,
suatu alat yang selalu diasosiasikan orang dengan dokter.
Pasiennya cukup meng giurkan, rata-rata 30 orang tiap hari.
Selain tarifnya yang memang miring dibanding tarif dokter
(suntik plus obat-obatan untuk Yuyun misalnya cuma Rp 1. 200,
dia juga memikat pengunjung dengan pesawat tv.
Ketika ditemui, mantri itu tetap menunjukkan sikap seorang
pemberi pelayanan kesehatan yang sukses dan disenangi
masyarakat. "Pengetahuan mengenai obat antara mantri dan dokter
sama saja. Begitu juga cara mengobati panas," katanya
meyakinkan.
Penyakit mata yang diderita Yuyun menurut dia bukan karena
kekeliruan obat, tetapi karena serangan virus. Begitu datang,
katanya, penderita sudah sakit mata dan diobati. "Sedangkan
salep kulitnya untuk koreng dalam lubang hidung," katanya pula
dengan pasti. Menurut Sopandi, Yuyun tidak salah dalam
mempergunakan obat yang dia berikan.
Menurut dia Yuyun menderita penyakit mata yang hebat. Tetapi
untuk mengetahui penyakit mata apa yang diderita memerlukan
keahlian istimewa. "Jangankan mantri, dokter pun belum tentu
bisa mengetahui apa penyebabnya. Yuyun menderita keratitis yang
lemah. Ini menurut keterangan dokter mata Supriyanto sendiri,"
katanya.
Tidak dia jelaskan apakah dokter itu juga menyebutkan bahwa
peradangan yang terjadi pada kornea mata tersebut disebabkan
oleh salep kulit yang masuk ke mata Yuyun. Tim dari Dihas
Kesehatan Bogor sedang menyelidiki kasus itu. Sedangkan balai
pengobatan tempat mantri tersebut mempraktekkan keahliannya
untuk sementara ditutup, sambil nenunggu keputusan Gubernur
Ja-Bar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini