Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Joko Anwar yang lahir pada 3 Januari 1976 di Medan merupakan sutradara, penulis, dan produser Indonesia. Namanya dalam dunia perfilman sudah meroket berkat berbagai karyanya. Namun, pencapaian tersebut diraih dengan jalan yang tidak mudah. Pada 2005-2006, ia pernah menjual satu per satu barangnya untuk bertahan hidup, mulai dari furnitur sampai televisi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meskipun kerap menjual barang, tetapi tidak semua barang yang dimiliki Joko dijual. Ada beberapa barang yang tidak dijual, yaitu kulkas, sofa bed, dan laptop. Pada kondisi tersebut, ia berpegang teguh agar tidak menjual laptop karena menjadi tempat untuk menulis dan mengembangkan ide cerita.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Joko juga pernah pindah ke rumah susun agar biaya hidup menjadi lebih hemat. Ia pindah ke rumah susun Pejompongan, Jakarta. Sayangnya, keputusan pindah ke rumah susun bukan menjadi solusi efektif untuk menghemat anggaran. Ia pun menyetok arem-arem untuk makan satu minggu dengan menyimpannya di kulkas agar awet dan tahun lama.
Melihat kondisi ini, sahabat Joko beberapa kali mengunjunginya, seperti Hera yang bekerja di sebuah media. Setiap berkunjung, Hera diam-diam selalu meninggalkan uang di rumah Joko. Sebab, Hera mengetahui bahwa Joko tidak ingin berutang dan minta-minta ke orang lain.
Saat mengalami masa sulit dalam kehidupan, Joko selalu menulis naskah. Selain itu, ia juga pernah menjadi penulis lepas untuk harian The Jakarta Post dan kritikus film. Lalu, awal Joko masuk dalam dunia perfilman atas ajakan Nia Dinata yang merupakan narasumber untuk korannya. Produser dan sutradara itu terkesan dengan Joko dan mengajaknya bekerja sama sebagai penulis skenario film Arisan pada 2003.
Setelah itu, Joko mendapat tawaran dari Nia untuk menulis dan menyutradarai mock-reality-show Ajang Ajeng (2004) untuk MTV. Dunia perfilman memang sudah akrab dengan Joko sejak remaja. Ia suka menonton film-film kung fu dan horor sejak duduk dibangku SMP. Bahkan, saat masa sekolah, ia sudah menulis dan menyutradarai pertunjukan drama. Namun, bakat tersebut tidak sejalan dengan pendidikan formalnya.
Lalu, pada 2005, Joko menggarap film Janji Joni yang menjadi “Best Movie” di MTV Indonesia Movie Award 2005. Kemudian, pada 2007, ia menyutradarai film Kala yang berhasil meraih 3 Piala Citra, termasuk Film Berbahasa Indonesia Terbaik di Festival Film Indonesia (FFI) 2007. Bahkan, melalui film Kala, ia dinobatkan sebagai Sutradara Tercerdas Asia 2007 dari majalah inggris Sight & Sound. Pada tahun berikutnya, ia juga menjadi sutradara untuk beberapa film lain yang meraih beragam penghargaan, seperti Fiksi (Film Terbaik dan Skenario Terbaik FFI 2008) dan Pintu Terlarang (Film Terbaik Puchon International Fantastic Film Festival 2009.
Nama Joko Anwar langsung meroket usai menyutradarai film Pengabdi Setan. Melalui film ini, ia menjadi terkenal sebagai pembuat film horor fenomenal. Namun, ledakan dari film ini tidak membuatnya besar kepala lantaran telah merasakan keterpurukan dalam hidup. Setelah itu, ia menggarap film-film populer lainnya, seperti Gundala, Perempuan Tanah Jahanam, Ratu Ilmu Hitam, Pengabdi Setan, Sri Asih, dan Siksa Kubur.
RACHEL FARAHDIBA R | RAUDATUL ADAWIYAH NASUTION I AISHA SHAIDRA