Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Hampir satu tahun Yudi Bachrioktora meneliti novel Enny Arrow. Selama itu pula dia rutin membaca puluhan stensilan mesum yang populer pada 1980-1990-an itu. Beberapa di antaranya berjudul Selembut Sutra, Hari Kelabu, Sepanas Bara, Di Celah Dinding Kontrakan, dan Pergaulan Bebas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ini penelitian tekstual. Membaca sekaligus memaknai teks dalam novel tersebut," kata pengajar di Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Indonesia itu, Selasa, 10 Oktober 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Yudi merampungkan penelitiannya pada pertengahan 2013. Berjudul "Imagined Sex: youth and porn stories in the 1980s and 1990s Indonesia", hasil penelitian itu dia presentasikan dalam Inter-Asia Cultural Studies Society Conference di National University of Singapore pada 3-5 Juli 2013.
Salah satu temuannya menyimpulkan novel Enny Arrow bisa masuk kategori karya sastra erotis. "Beberapa cetakan awal novel itu masih memiliki jalinan cerita," ujar Yudi. "Bukan semata-mata bertutur tentang persetubuhan."
Tulisan dalam sastra erotis biasanya memang memiliki alur yang jelas. Meski tujuan utamanya membangkitkan gairah seksual pembaca, karya sastra erotis tak melakukannya secara vulgar, melainkan dengan diksi dan bahasa yang memancing imajinasi. Karena itu, sastra erotis cenderung tak eksplisit mengumbar adegan seks.
Salah satu pelopor sastra erotis adalah penulis Italia, Giovanni Boccaccio, yang pada 1353 menerbitkan The Decameron. Novel itu berkisah tentang cinta, nafsu, rayuan, dan berbagai romantika kehidupan. Jauh sebelumnya ada Kama Sutra karya Vatsyayana, sebuah literatur India berbahasa Sanskerta tentang perilaku seks manusia.
Belakangan, ada Fanny Hill: Memoirs of a Woman of Pleasure karya novelis Inggris, John Cleland, yang terbit pada 1749; Tropic of Cancer karya penulis Prancis, Henry Miller, pada 1934; dan Lolita karya novelis Amerika-Rusia, Vladimir Nabokov, pada 1955. Ada juga novelis perempuan Amerika, Anais Nin, yang antara lain menulis Delta of Venus (1977) dan Little Birds (1979).
Tentu saja mutu sastra karya-karya seperti Nabokov atau Boccaccio tinggi. Karya Enny Arrow tak bisa dirujukkan ke arah novel-novel besar itu. Tapi pada awalnya karya-karya Enny Arrow sesungguhnya mencoba agak ke arah "sastra pop". Ia membungkus adegan ranjang dengan ide cerita yang beragam.
Misalnya tentang persoalan suami-istri atau rumah tangga, urbanisasi untuk mencari peruntungan di kota, atau kisah penyalahgunaan narkoba. "Awalnya Enny Arrow hampir selalu bercerita tentang kehidupan di masyarakat," ucap Yudi.
TIM TEMPO