Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Alasan Stensil Mesum Enny Arrow Paling Banyak Diburu

Ketenaran Enny Arrow sebenarnya tak lepas dari isi tulisan dalam setiap terbitannya

18 Oktober 2017 | 15.24 WIB

Ilustrasi Novel Enny Arrow. TEMPO/Nurdiansah
Perbesar
Ilustrasi Novel Enny Arrow. TEMPO/Nurdiansah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Pada 1980-1990-an, Enny Arrow paling diburu pembeli ketimbang bacaan sejenis yang juga dijual di sekitar Pasar Senen, seperti Fredy S. atau Nick Carter. Menurut Tagor, yang sejak 1986 berdagang di tempat itu, penyebabnya karena Enny Arrow menuliskan adegan mesum secara vulgar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Berbeda dengan Fredy S. dan Nick Carter, yang nulisnya malu-malu," katanya. Bahkan pembeli tak lagi peduli ketika penjual menaikkan harga. Misalnya dari Rp 3.000 menjadi Rp 5.000. "Tetap saja dibeli."

Ilustrasi Novel Nick Carter. TEMPO/Nurdiansah

Pada periode yang sama, situasi hampir serupa terjadi di Pasar Baru, Jakarta Pusat. Waktu itu, Enny Arrow diperjualbelikan secara sembunyi-sembunyi di Los Mini Topsy, sebuah tempat yang berisi sekitar 30 pedagang-dengan lapak masing-masing berukuran sekitar 3 x 3 meter-yang kerap mencetak sekaligus menjual buku sendiri.

Los Mini Topsy memang sudah tak ada karena sudah menjadi bangunan berisi puluhan pedagang kamera. Tapi dulu posisinya persis di seberang gedung Metro Atom.

Sunardian Wirodono, penulis yang pada 1980-an mendalami tentang Enny Arrow, pernah mendatangi Los Mini Topsy pada 1983. Di sana, dia melihat penjualan novel Enny Arrow begitu mendominasi dan laris. Hampir semua pedagang menjualnya. Satu novel dihargai Rp 300. Pembelinya kebanyakan mereka yang membuka bisnis penyewaan buku. "Orang-orang di sana menjual naskah seperti menjual kertas kiloan," ucap Sunardian, akhir September lalu.

Ketenaran Enny Arrow sebenarnya tak lepas dari isi tulisan dalam setiap terbitannya. Menurut Yudi Bachrioktora, waktu itu memang sudah banyak karya sastra yang menceritakan hubungan lawan jenis. "Tapi hanya Enny Arrow yang detail bertutur tentang persetubuhan dan eksploitasi tubuh," ujarnya. Pada masa itu, di tengah keterbatasan informasi tentang hal begituan, Enny Arrow kemudian membuat anak-anak muda penasaran.

 

TIM TEMPO

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus