PENONTON yang ribuan itu tiba-tiba riuh. Mula-mula dikira karena
gemes terhadap penyanyi-penyanyi orkes Melayu King Cobra yang
terus meliuk-liukkan tubuh mereka. Eh, ternyata tidak. Tubuh
penyanyi dililit-lilit ular. Ini sumber kegaduhan. Tenang. Tidak
berbahaya. Ular piaraan ini cukup tahu diri dan memainkan
peranan penarik perhatian penonton.
Orkes Melayu King Cobra Rabu malam awal Pebruari lalu itu ikut
memeriahkan peresmian perumahan wartawan Bandung "Galih
Pawarti". Sekaligus juga malam peringatan ulang tahun PWI ke 33.
Ciri khas orkes ini memang karena ularnya itu, di samping
lagu-lagu yang mereka bawakan sebagian besar ciptaannya sendiri
misalnya: Salam Cobra, Bukan Milikmu atau Rindu.
Ceritanya dimulai sejak dua tahun lewat. Hassan Timoer,
pimpinannya, punya hobbi mengamati orkes-orkes Melayu. Hasil
pengamatan orkes-orkes itu "cuma begitu saja, tidak berbeda satu
dengan lainnya." Tambahan keterangan, si Hasan ini, kecuali suka
berorkes-orkes, juga senang main ular. Nah, ia dapat ilham Dan
ular-ular itu diangkut ke panggung. Kebetulan anak Hassan,
cewek, namanya Sri Hassan, penyanyi, sejak kecil sudah terbiasa.
juga dengan ular. Ini modal besar. Tapi belum cukup. Dengan
bantuan dua pawang ular, Danuri dan Jateng, terbentuklah
rombongan orkes Melayu yang menampilkan ular buat teman berjoget
penyanyinya. Pawang tidak ikut nyanyi. Ia melatih penyanyi
menjinakkan ular.
Ternyata sambutan masyarakat luar biasa. Mereka tampil pertama
kali di Lapangan Tegalega, Bandung, 2 tahunyang lalu. Sejak itu
mereka tenar ke seantero Jawa Barat. Undangan datang dari
seluruh pelosok Jawa Barat. Bahkan, pernah datang orang dari
Jember, di ujung Jawa Timur. Semua ingin King Cobra main di
kotanya.
Orkes Melayu King Cobra sekarang beranggotakan 21 orang. Tapi
hanya 9 orang yang merupakan anggota inti, di antaranya lima
cewek penyanyi: Lussy, Niera, Euis, Lilis dan Sri Hassan yang
tadi itu. Beberapa anggotanya pindahan dari orkes-orkes lain di
Bandung. King Cobra nampaknya memang populer hingga bisa
menyedot penyanyi top dari orkes lain. Berita terakhir -- dan
terhebat -- Hassan Timoer sudah tak membutuhkan bantuan pawang
lain.
Hampir semua anggotanya kini juga sudah jadi pawang ular. Cuma
Hassan memang harus tetap waspada, terutama pada saat
penyanyinya sedang berjoget dengan ular-ularnya. Pernah satu
perisnwa seorang penyanyinya hampir tercekik kehabisan nafas,
karena ular yang sedang melilit ke leher penyanyi itu tiba-tiba
mengencangkan belitannya. Kabarnya ular itu terkejut lantaran
kepalanya terantuk corong pengeras suara. Untung, Hassan
cekatan. Langsung ia meloncat ke panggung, menjinakkan "anak
buah"nya. Alhamdulillah, semuanya beres. Dan Uum Gumelar, si
penyanyi, bisa bernafas lega kembali.
Tapi apa benar tak berbahaya ular-ular itu? "Hampir setiap kami
main, ular-ular itu pasti mematuk. Tapi kami sudah biasa. Jadi
seperti dipatuk ayam saja," cerita Lilis Karyani. Dan bagaimana
cewek-cewek yang biasanya suka jijik ini bisa akrab dengan ular
"Setelah latihan seminggu baru biasa," kata Niera. "Mula-mula,
ya, geli deh," katanya sambil terkikik. Euis Farida lain lagi
ceritanya. "Mula-mula ya7 jijik juga. Tapi setelah minum seteguk
air putih pemberian pawang, akibatnya terasa aneh. Melihat ular
itu seperti melihat selendang indah saja." Tapi jangan dikira
cewek-cewek itu kemudian "kebal" terhadap segalanya. Niera,
misalnya, jika melihat ulat pasti menjerit.
Batu Bisawella
Hassan kini memiliki lebih kurang 50 ekor ular. Ada cobra, ada
ular welang, ada ular sawah. Pernah pertunjukannya di
Cipeundeuy, Kabupaten Bandung, hampir membawa naas orkesnya.
Entah mengapa waktu itu tiba-tiba saja ular-ularnya mengamuk,
maunya lari ke arah penonton saja. Untung Hassan masih membawa
seorang pawang jagoan, namanya Mohamad Soleh. Langsung saja si
pawang bertindak. Aman. Menurut si pawang Saleh, daerah itu
daerahnya raja ular yang bergelar Ratu Ular Kuda. Pantas saja,
ular-ular Hassan ketakutan.
Hassan Timoer kelahiran Ujung Pandang. Dia ini memang berdarah
panggung: ibunya dikenal sebagai Miss Riboet, salah seorang
primadona rombongan sandiwara Dardanella dulu. Hassan punya hobi
memelihara ular sejak kecil. Pernah ularnya sampai berjumlah
300. Tapi kemudian banyak yang mati, karena hanya disimpan di
dalam peti. Mungkin karena susah bernafas. Di samping mantera
menjinakkan ular, dia punya juga sebiji ajimat: sebuah batu asal
Saudi Arabia dan disebut batu Bisawella (ini batu betulan, lho).
Dan siapa yang memakai batu itu bisa menjinakkan binatang apa
saja, termasuk harimau. Ini menurut cerita Hassan kepada Hasan
Syukur. Yang terakhir ini bukan pawang ular, tapi pembantu TEMPO
di Bandung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini