Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

"salam kobra" dari hassan timoer

Orkes melayu king cobra awal februari memeriahkan peresmian perumahan wartawan bandung "galih pawatri" & malam peringatan ultah pwi ke-33. orkes tersebut pimpinan hassan timoer menampilkan ular. (hb)

24 Februari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENONTON yang ribuan itu tiba-tiba riuh. Mula-mula dikira karena gemes terhadap penyanyi-penyanyi orkes Melayu King Cobra yang terus meliuk-liukkan tubuh mereka. Eh, ternyata tidak. Tubuh penyanyi dililit-lilit ular. Ini sumber kegaduhan. Tenang. Tidak berbahaya. Ular piaraan ini cukup tahu diri dan memainkan peranan penarik perhatian penonton. Orkes Melayu King Cobra Rabu malam awal Pebruari lalu itu ikut memeriahkan peresmian perumahan wartawan Bandung "Galih Pawarti". Sekaligus juga malam peringatan ulang tahun PWI ke 33. Ciri khas orkes ini memang karena ularnya itu, di samping lagu-lagu yang mereka bawakan sebagian besar ciptaannya sendiri misalnya: Salam Cobra, Bukan Milikmu atau Rindu. Ceritanya dimulai sejak dua tahun lewat. Hassan Timoer, pimpinannya, punya hobbi mengamati orkes-orkes Melayu. Hasil pengamatan orkes-orkes itu "cuma begitu saja, tidak berbeda satu dengan lainnya." Tambahan keterangan, si Hasan ini, kecuali suka berorkes-orkes, juga senang main ular. Nah, ia dapat ilham Dan ular-ular itu diangkut ke panggung. Kebetulan anak Hassan, cewek, namanya Sri Hassan, penyanyi, sejak kecil sudah terbiasa. juga dengan ular. Ini modal besar. Tapi belum cukup. Dengan bantuan dua pawang ular, Danuri dan Jateng, terbentuklah rombongan orkes Melayu yang menampilkan ular buat teman berjoget penyanyinya. Pawang tidak ikut nyanyi. Ia melatih penyanyi menjinakkan ular. Ternyata sambutan masyarakat luar biasa. Mereka tampil pertama kali di Lapangan Tegalega, Bandung, 2 tahunyang lalu. Sejak itu mereka tenar ke seantero Jawa Barat. Undangan datang dari seluruh pelosok Jawa Barat. Bahkan, pernah datang orang dari Jember, di ujung Jawa Timur. Semua ingin King Cobra main di kotanya. Orkes Melayu King Cobra sekarang beranggotakan 21 orang. Tapi hanya 9 orang yang merupakan anggota inti, di antaranya lima cewek penyanyi: Lussy, Niera, Euis, Lilis dan Sri Hassan yang tadi itu. Beberapa anggotanya pindahan dari orkes-orkes lain di Bandung. King Cobra nampaknya memang populer hingga bisa menyedot penyanyi top dari orkes lain. Berita terakhir -- dan terhebat -- Hassan Timoer sudah tak membutuhkan bantuan pawang lain. Hampir semua anggotanya kini juga sudah jadi pawang ular. Cuma Hassan memang harus tetap waspada, terutama pada saat penyanyinya sedang berjoget dengan ular-ularnya. Pernah satu perisnwa seorang penyanyinya hampir tercekik kehabisan nafas, karena ular yang sedang melilit ke leher penyanyi itu tiba-tiba mengencangkan belitannya. Kabarnya ular itu terkejut lantaran kepalanya terantuk corong pengeras suara. Untung, Hassan cekatan. Langsung ia meloncat ke panggung, menjinakkan "anak buah"nya. Alhamdulillah, semuanya beres. Dan Uum Gumelar, si penyanyi, bisa bernafas lega kembali. Tapi apa benar tak berbahaya ular-ular itu? "Hampir setiap kami main, ular-ular itu pasti mematuk. Tapi kami sudah biasa. Jadi seperti dipatuk ayam saja," cerita Lilis Karyani. Dan bagaimana cewek-cewek yang biasanya suka jijik ini bisa akrab dengan ular "Setelah latihan seminggu baru biasa," kata Niera. "Mula-mula, ya, geli deh," katanya sambil terkikik. Euis Farida lain lagi ceritanya. "Mula-mula ya7 jijik juga. Tapi setelah minum seteguk air putih pemberian pawang, akibatnya terasa aneh. Melihat ular itu seperti melihat selendang indah saja." Tapi jangan dikira cewek-cewek itu kemudian "kebal" terhadap segalanya. Niera, misalnya, jika melihat ulat pasti menjerit. Batu Bisawella Hassan kini memiliki lebih kurang 50 ekor ular. Ada cobra, ada ular welang, ada ular sawah. Pernah pertunjukannya di Cipeundeuy, Kabupaten Bandung, hampir membawa naas orkesnya. Entah mengapa waktu itu tiba-tiba saja ular-ularnya mengamuk, maunya lari ke arah penonton saja. Untung Hassan masih membawa seorang pawang jagoan, namanya Mohamad Soleh. Langsung saja si pawang bertindak. Aman. Menurut si pawang Saleh, daerah itu daerahnya raja ular yang bergelar Ratu Ular Kuda. Pantas saja, ular-ular Hassan ketakutan. Hassan Timoer kelahiran Ujung Pandang. Dia ini memang berdarah panggung: ibunya dikenal sebagai Miss Riboet, salah seorang primadona rombongan sandiwara Dardanella dulu. Hassan punya hobi memelihara ular sejak kecil. Pernah ularnya sampai berjumlah 300. Tapi kemudian banyak yang mati, karena hanya disimpan di dalam peti. Mungkin karena susah bernafas. Di samping mantera menjinakkan ular, dia punya juga sebiji ajimat: sebuah batu asal Saudi Arabia dan disebut batu Bisawella (ini batu betulan, lho). Dan siapa yang memakai batu itu bisa menjinakkan binatang apa saja, termasuk harimau. Ini menurut cerita Hassan kepada Hasan Syukur. Yang terakhir ini bukan pawang ular, tapi pembantu TEMPO di Bandung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus