Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Berburu Barang Murah di Pasar Loak Bekas Tembok Berlin

Pasar loak Mauerpark dibangun di lokasi Tembok Berlin. Menjual aneka barang berharga murah, dari pakaian hingga alat musik. 

25 Januari 2025 | 09.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Flea Market Mauerpark atau pasar loak Mauerpark di Jalan Bernauer Straße 63, Berlin, Jerman, 1 Desember 2024 Tempo/Shinta Maharani

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Pasar loak Mauerpark menjual aneka barang dengan harga murah, dari pakaian hingga alat musik. 

  • Arsitek lanskap dari Hamburg, Gustav Lange, merancang Mauerpark pada 1992.

  • Pasar loak di Mauerpark telah beroperasi sejak 2004 dan menjadi jujugan turis dan warga lokal.

DI bawah pepohonan yang kehilangan daun, penjual loak memamerkan barang-barang mereka seperti penjaga harta karun. Ada boneka kayu pemecah kacang dekorasi Natal dan dirndl, baju tradisional Jerman khas Pegunungan Alpen. Piringan hitam yang warnanya memudar, porselen antik, prangko, kartu pos lama, koin, pin dan lambang komunis yang bopeng, kamera tua, piring dan sendok yang pinggirannya mengelupas, furnitur antik, serta benda-benda vintage. Barang-barang itu menjejali kios-kios yang berdiri di taman.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ahad sore pada musim gugur 1 Desember 2024, pengunjung yang berlindung mantel memadati flea market alias pasar loak Mauerpark di jantung Berlin, ibu kota Jerman. Pasar loak Mauerpark menjadi magnet bagi turis semua umur dan paling populer. Pengunjung bebas berburu barang berharga murah dan menghabiskan waktu libur dengan menikmati pesta karaoke. Sebagian orang terlihat bersepeda santai dan duduk-duduk di kawasan hijau yang dibangun di lokasi jalur kematian, Tembok Berlin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Disebut jalur kematian karena pada 1961 di tempat ini dibangun Tembok Berlin yang memisahkan Jerman Barat dan Jerman Timur selama Perang Dingin. Tembok itu membagi kota menjadi Jerman Timur yang sosialis dan Jerman Barat yang kapitalis. Ratusan orang yang hendak melarikan diri ke Jerman Barat melalui tembok ini tewas karena tertembak peluru tentara di Jerman Timur. Tembok tersebut runtuh pada 9 November 1989, yang menandai penyatuan kembali Jerman dan mengawali jatuhnya komunisme di Eropa tengah dan timur. “Sisa-sisa tembok masih ada, tapi tinggal sedikit,” ujar seniman asal Solo, Jawa Tengah, Herlambang Bayu Aji, kepada Tempo, Ahad itu.

Flea Market Mauerpark atau pasar loak Mauerpark di Jalan Bernauer Straße 63, Berlin, Jerman, 1 Desember 2024 Tempo/Shinta Maharani

Bayu—begitu Herlambang kerap disapa—yang sudah tinggal di Berlin selama 14 tahun, menemani saya menyusuri Mauerpark. Pasar loak ini dibangun di lokasi Tembok Berlin di antara distrik Wedding di bagian barat kota dan distrik Prenzlauer Berg di bagian timur. Prenzlauer Berg dulu merupakan bagian dari Uni Soviet dan sejak 1947 termasuk bagian ibu kota Republik Demokratik Jerman (Jerman Timur). Bangunan di daerah ini punya ciri khas bergaya Wilhelmine kekaisaran Jerman.

Setelah penyatuan Jerman, distrik Prenzlauer Berg berkembang menjadi kawasan wisata dan daerah borjuis Berlin. Kafe, bar, diskotek, dan klub terlihat di jalan-jalan. Sebagian gedung milik negara dijual ke investor swasta. Para investor merenovasi bangunan dan menyewakan apartemen. “Harga sewa apartemen di daerah itu kini sangat mahal,” ucap Bayu. 

Di pasar loak Mauerpark terdapat papan informasi dan foto-foto hitam-putih pada bangunan arkeologi yang menggambarkan beton ataupun kawat berduri. Itu adalah foto Tembok Berlin yang dibangun di hamparan pasir serta orang-orang yang berunjuk rasa pada 1978. Pasar loak yang terletak di Jalan Bernauer Straße 63 buka sekali setiap pekan dari pukul 10.00 hingga 18.00 waktu setempat.

Boneka kayu pemecah kacang dekorasi Natal di Flea Market Mauerpark atau pasar loak Mauerpark, Jalan Bernauer Straße 63, Berlin, Jerman, 1 Desember 2024 Tempo/Shinta Maharani

Menurut Berlin.de, situs web resmi Berlin yang menawarkan informasi tentang pariwisata dan sejarah di Berlin, setelah reunifikasi, jalur tembok sepanjang 300 meter masih berdiri tegak di tepi timur Mauerpark. Dinding beton abu-abu itu telah tertutupi karya seni jalanan berwarna-warni.

Taman Mauerpark terdiri atas lapangan rumput besar yang dulu merupakan bagian dari stasiun kereta api dan lereng berbukit ke arah timur yang bertemu dengan taman olahraga Friedrich Ludwig Jahn. Ada terowongan Gleim sisa-sisa kawasan stasiun kereta api yang ditutup. Mauerpark dibagi menjadi wilayah utara dan selatan. Terdapat halaman rumput luas di bekas area Stasiun Old North dan taman olahraga. Anak-anak bisa menikmati kawasan peternakan Jugendfarm Moritzhof di dekatnya. Setelah Tembok Berlin runtuh, area ini digunakan untuk rekreasi penduduk lokal.

Semula warga rebahan di padang rumput dengan menara pengawas yang masih berdiri di atas tanggul. Arsitek lanskap dari Hamburg, Gustav Lange, merancang Mauerpark pada 1992. Konstruksi dimulai di bagian timur seluas lebih-kurang 7 hektare. Tahap konstruksi pertama dimulai pada musim gugur 1994. Pasar loak di Mauerpark telah beroperasi sejak 2004 serta menjadi jujugan turis dan warga lokal dari berbagai umur, ras, etnis, gender, kelas sosial, agama, kepercayaan, dan pandangan politik. 

Pada akhir Juni 2020, Mauerpark berkembang signifikan karena perluasan area. Luas taman meningkat dua kali lipat menjadi hampir 15 hektare. Pada bulan-bulan musim panas, Mauerpark menjadi tempat festival yang meriah, lengkap dengan musik hidup. Tempat ini ramai dikunjungi keluarga, seniman, dan musikus yang menghabiskan waktu luangnya untuk piknik. “Mauerpark menjadi simbol subkultur paling terkenal di Berlin,” kata Bayu.

Flea Market Mauerpark atau pasar loak Mauerpark di Jalan Bernauer Straße 63, Berlin, Jerman, 1 Desember 2024 Tempo/Shinta Maharani

Di pasar loak itu setiap pengunjung masuk secara gratis, bebas melihat-lihat, menikmati udara segar, bernegosiasi, dan tawar-menawar harga. Saya tertantang untuk menawar barang-barang lawas. Saya melirik dua sendok dari Praha, Republik Cek, yang pinggirannya mengelupas. Bayu membantu menawar dua sendok itu menggunakan bahasa Jerman. Semula, pedagang yang ramah itu menjual dua sendok tersebut seharga 9 euro atau sekitar Rp 152 ribu. Setelah bernegosiasi, penjual itu melepas dua sendoknya seharga 5 euro atau sekitar Rp 84 ribu.

Di kios lain, saya terpincut oleh harpa tua berkelir merah marun. Tapi kami gagal bernegosiasi dengan penjualnya yang bermuka masam dan tampak kelelahan. Harpa itu ia tawarkan 20 euro atau sekitar Rp 338 ribu dan tak boleh ditawar. Dengan harga mati itu, saya batal membelinya. Kami kemudian berburu lagi. Saya melihat seorang perempuan sepuh yang bertudung dan tersenyum. Di kiosnya, dia menjajakan baju tradisional Jerman. "Gaun langka dan cocok untuk Anda," begitu kira-kira dia bicara dalam bahasa Jerman. 

Gaun khas tradisi Bavaria berwarna biru berpadu hijau tanpa lengan itu menarik perhatian saya. Pada bagian punggung terdapat korset yang diikat dan disulam serta ada celemeknya. Rok gaun ini lebar, dihias bordir berpola dedaunan. Setelah meraba semua bagian baju dan melihat detailnya, saya putuskan membeli dirndl, kostum rakyat yang menjadi pakaian penduduk Pegunungan Alpen pada abad ke-16 dan ke-18. 

Pengunjung Flea Market Mauerpark atau pasar loak Mauerpark bersepeda di Jalan Bernauer Straße 63, Berlin, Jerman, 1 Desember 2024. Tempo/Shinta Maharani

Perempuan Jerman juga bisa mengenakan dirndl dalam perayaan Oktoberfest, festival tahunan yang menampilkan parade kostum tradisional dengan sajian bir dalam jumlah besar. Selain dirndl, saya melirik sweter, baju bermotif lukisan bunga, dan selendang khas Jerman. Harga empat barang itu hanya 20 euro atau sekitar Rp 338 ribu. Menurut Bayu, empat barang dengan harga segitu sangat murah.

Selain Mauerpark, Jerman punya beragam puluhan pasar loak yang bisa menjadi pilihan turis. Misalnya pasar loak di Falkenberg di penampungan hewan. Semua barang sumbangan dari pencinta hewan. Hasil penjualan sepenuhnya disumbangkan untuk hewan-hewan di Tierheim, tempat pelindungan hewan di Berlin.

Ada juga pasar loak di Leopoldplatz, di depan gereja tua Nazareth. Pedagang menjual pakaian bekas, pernak-pernik, dan berbagai perabotan. Di Berlin-Mitte, berlatar Museumsinsel atau Museum Island dan Sungai Spree, terdapat pasar loak yang menjual buku-buku lawas.

Menurut Bayu, bila beruntung, pengunjung yang datang ke pasar loak bisa mendapatkan benda-benda lawas dan langka, misalnya gelas untuk minum bir. Benda-benda yang dijual juga sebagian merupakan upcycling atau hasil kreasi dari barang-barang bekas yang dibuang. Pasar loak membawa orang pada suasana Eropa abad pertengahan. Flohmarkt, dalam bahasa Jerman, berarti pasar kutu. Di Prancis, orang juga mengenal march aux puces sebagai pasar kutu.

Pengunjung Flea Market Mauerpark atau pasar loak Mauerpark antre di bilik foto di Jalan Bernauer Straße 63, Berlin, Jerman, 1 Desember 2024. Tempo/Shinta Maharani

Saat itu banyak orang miskin tidak punya uang untuk membeli pakaian ataupun barang-barang baru. Warga kemudian mendirikan pasar yang menjual barang bekas untuk membantu orang miskin. Ada kutu dalam lipatan baju bekas yang terlalu lama disimpan di lemari itu, yang berpindah kepada pemilik lain. Dari sanalah muncul istilah pasar kutu. Tapi kini barang-barang pasar loak di Jerman tidak berkutu karena telah melewati penyortiran. Kios-kios pada area pasar juga bersih dan terawat.

Hampir dua jam, saya bersama Bayu menghabiskan waktu di Mauerpark. Setelah berburu barang-barang berharga rendah, kami menuju bilik photo booth, tak jauh dari kios-kios. Sama seperti di Indonesia, rupanya photo booth juga digemari di Jerman. Anak-anak muda terlihat berkerumun, antre, dan bergantian berpose di bilik kecil itu setelah memasukkan koin 3 euro atau sekitar Rp 50 ribu. Saya ikut mencoba. Hasilnya keluar empat foto hitam-putih dalam berbagai pose.

Pasar loak Mauerpark bagi saya memberikan pengalaman melihat budaya masa lalu rakyat Jerman pada musim gugur dengan dedaunan berwarna-warni emas yang disepuh.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Shinta Maharani

Shinta Maharani

Kontributor Tempo di Yogyakarta

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus