Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penerbangan Singapore Airlines dari London ke Singapura mengalami turbulensi hebat dan terpaksa mendarat darurat di Bangkok, Thailand. Turbulensi yang memakan korban jiwa ini disebut terjadi di atas Irrawaddy Basin, Myanmar. Apakah ini termasuk dalam rute dengan turbulensi paling parah di dunia?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ternyata tidak. Turbli, situs prakiraan turbulensi, menganalisis lebih dari 150.000 catatan penerbangan jarak jauh dan jarak pendek pada 2023 untuk menemukan mana yang paling sering mengalami turbulensi hebat. Juaranya adalah rute sejauh 1.905 kilometer antara Santiago di Chili dan Santa Cruz di Bolivia.
Mengenal Turbulensi
Turbulensi menjadi salah satu hal yang ditakuti penumpang penerbangan jarak jauh. Fenomena alam bisa lebih dari sekadar mengganggu. Dalam skenario terburuk, getaran yang keras dapat menyebabkan kerusakan struktural pada pesawat itu, bahkan membahayakan penumpang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Turbli menggunakan tingkat disipasi pusaran air atau eddy dissipation rates (EDR) untuk menentukan peringkat guncangan setiap rute. EDR mengukur intensitas turbulensi di suatu titik tertentu, 0-20 ringan, 20-40 sedang, 40-80 parah, dan 80-100 ekstrem.
Urutan Rute Berdasarkan Turbulensi
Rute dari Santiago, Chili, ke Bandara Internasional Viru Viru di Santa Cruz, Bolivia, menduduki peringkat sebagai rute paling bergejolak di dunia, dengan EDR rata-rata 17,5. Di urutan paling goyah kedua adalah rute jarak pendek sepanjang 338 kilometer dari Almaty di Kazakhstan ke ibu kotanya, Bishke, dengan EDR 17.4.
Enam dari sepuluh rute paling besar turbulensinya di dunia adalah rute di Jepang dan Tiongkok. Turbli mengaitkan hal ini dengan aktivitas aliran jet yang tinggi di wilayah ini yang mengganggu udara.
Di Eropa, turbulensi terburuk ada pada jalur penerbangan sepanjang 212 kilometer dari Milan ke Jenewa (EDR 16.3), yang menempati peringkat kelima sebagai lintasan turbulensi paling banyak di dunia.
Adapun rute Amerika yang paling tinggi turbulensinya adalah penerbangan sepanjang 710 kilometer dari Nashville ke Raleigh yang mencetak EDR rata-rata 14,7.
Udara berombak yang dirasakan sebagai turbulensi disebabkan dari sejumlah faktor, seperti pola angin atmosfer normal, atau karena hentakan pesawat lain di dekatnya. Salah satu penyebab paling umum dari turbulensi parah adalah turbulensi mekanis, yang biasanya terjadi di sekitar pegunungan dan penghalang fisik lainnya.
Berikut 10 rute dengan turbulensi paling tinggi di dunia.
1. Santiago (SCL) - Santa Cruz (VVI)
2. Almaty (ALA) - Bishkek (FRU)
3. Lanzhou (LHW) - Chengdu (CTU)
4. Centrair (NGO) - Sendai (SDJ)
5. Milan (MXP) - Geneva (GVA)
6. Lanzhou (LHW) - Xianyang (XIY)
7. Osaka (KIX) - Sendai (SDJ)
8. Xianyang (XIY) - Chengdu (CTU)
9. Xianyang (XIY) - Chongqing (CKG)
10. Milan (MXP) - Zurich (ZRH)
DAILY MAIL