Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mereka yang tengah travel ke Yogyakarta, terutama penggemar dan penikmat lukisan, patung, dan batik keraton Yogyakarta, bisa melihat sejumlah pameran menarik sepanjang pekan ini. Datang saja ke dua tempat ini: Taman Pintar dan Rumah Seni Tuksongo. Ada apa saja di sana?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Batik Keraton di Taman Pintar
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penggemar batik bisa datang ke Taman Pintar Yogyakarta yang menggelar pameran koleksi batik Keraton Yogyakarta dan Puro Pakualam. Pameran yang berlangsung hingga 4 Maret 2018 ini menyugguhkan 14 lembar kain batik Keraton Yogyakarta dan 12 lembar kain batik Puro Pakualaman.
Di sini kamu bisa mendapatkan penjelasan mengenai makna mendasar dari batik-batik tersebut. "Setiap motif batik memiliki makna dan filosofinya masing-masing," kata Putri Bungsu Keraton Yogyakarta GKR Bendara saat pembukaan pameran batik di Taman Pintar Yogyakarta, Senin 26 Februari 2018. "Sayangnya, banyak masyarakat yang belum mengenal atau mamahami makna dan filosofi setiap motif batik."
Batik-batik itu dipamerkan atas dasar banyaknya masyarakat yang kurang memahami makna filosofis dari batik itu. Bendara mencontohkan, motif batik parang barong yang dikenakan saat berwisata ke Keraton Yogyakarta. "Padahal, motif tersebut hanya boleh dikenakan oleh keluarga keraton," kata GKR Bendara.
Motif batik lain yang dipamerkan antara lain motif truntum yang biasa dikenakan oleh calon pengantin, motif parang, motif kawung, serta batik sepanjang 10 meter dengan berat empat kilogram yang dikenakan GKR Bendara saat menikah. Motif yang digunakan sebagai dodot itu berlapis prada yang harus dipasang pembatik dengan menahan nafas. Lama pembuatannya sampai satu tahun.
2. Pameran Rumah Seni Tuksongo
Sebanyak 23 perupa dari tujuh negara menggelar pameran karya bertema "Sharing Goodness and Happiness" di Rumah Seni Rupa Tuksongo di kawasan Candi Borobudur Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Pameran berlangsung hingga 24 Maret 2018.
Pengelola Rumah Seni Tuksongo Borobudur Deddy PAW di Borobudur, Sabtu lalu, mengatakan kegiatan tersebut merupakan bagian dari agenda tahunan yang diselenggarakannya dengan nama Small Thing, Great Meaning. Tahun ini merupakan gelaran ketiga.
"Pameran untuk tahun ini, telah disiapkan sejak sekitar delapan bulan lalu. Untuk persiapan kami libatkan kawan-kawan seniman sekitar Candi Borobudur," ujar Deddy.
Sedikitnya ada 69 karya seni dari Indonesia, Singapura, Malaysia, Laos, China, Mesir, dan Jerman di "rumah seni rupa" yang terletak dua kilometer barat Candi Borobudur. Sebanyak 54 merupakan lukisan dan 15 lainnya berupa patung.
Pameran dibuka oleh Direktur Art Xchange Gallery Singapura Benny Oentoro dan pidato tentang perkembangan seni rupa dunia oleh kolektor lukisan dan sekaligus pemilik OHD Museum Kota Magelang Oei Hong Djien.
Sejumlah lukisan yang dipamerkan, antara lain berjudul "Resurrec, Revive Rebirth in Blue (Abu Jalal Sarimon), "Daydreaming #2" (Antonius Kho), "The Eagle Family" (Cipto Purnomo), "The Legend" (Damtoz Andreas), "Enlightenment For The Soul" (Hatmojo), "Kesaksian Kanan" (Laksmi Shitaresmi), "Reborn" (Imam Yunni), dan "God Isn't Behind The Sky" (Nahla Ali), dan "Menuju Candi Putih" (Yogi Setyawan), sedangkan karya seni rupa atau patung antara lain berjudul "Greed" (Samy R.R. Vermeulen) dan "Pesona Sang Taru Raya" (Yani Mariani Sastranegara).
ANTARA