Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bagi sebagian orang, nama Kho Ping Hoo atau yang juga dikenal dengan nama Asmaraman merupakan sosok legendaris dalam sejarah literasi di Indonesia. Bahkan, karya-karyanya pernah dibaca oleh tiga presiden di Indonesia, yaitu BJ Habibie, Gus Dur, dan Jokowi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tidak hanya presiden, karya-karya pun juga diapresiasi oleh musisi balada, Iwan Fals. Dalam lagunya Teman Kawanku Punya Teman, Iwan Fals menyenandungkan lirik yang berbunyi “Kacamata tebal, maklum kutu buku, Ngoceh paling jago, banyak baca Kho Ping Hoo”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kho Ping Hoo
Kho Ping Hoo merupakan penulis cerita silat yang sangat populer di Indonesia pada abad ke-20. Dikutip dari kemdikbud.go.id, Ia lahir pada 17 Agustus 1926 di Kudus, Jawa Tengah dan meninggal tepat 28 tahun lalu, yaitu 22 Juli 1994.
Selain itu, Kho adalah keturunan Cina berdarah Jawa dari neneknya. Pada masa awal-awal kemerdekaan, Kho beserta keluarganya sering berpindah-pindah tempat tinggal sebab kerusuhan atas dasar ras ataupun kekerasan-kekerasan yang diterima ketika Belanda melakukan agresi militer ke Indonesia. Ia tercatat pernah tinggal di daerah Surabaya, Sragen, Solo, dan Tasikmalaya.
Sebagaimana dilansir oleh kemdikbud.go.id, ketika di Tasikmalaya, kehidupan Kho Png Hoo dan keluarganya semakin membaik. Bahkan, Kho juga sempat menjadi Ketua Perusahaan Pengusaha Pengangkutan Truk (P3T) di Kawasan Priangan Timur.
Ketika kondisi ekonomis dan keluarganya mulai stabil, barulah pada tahun 1951, ia menulis ragam jenis cerita, seperti kisah silat, detektif, novel, dan cerpen. Dari beberapa jenis tulisan tersebut, kisah tentang dunia silat lah yang melambungkan nama Kho Ping Hoo.
Beberapa cerita silatnya yang terkenal adalah Pendekar Baju Putih (1959), Darah Mengalir di Borobudur (1959), Keris Pusaka Nogopasung (1980), dan serial cerita terpanjangnya adalah Kisah Keluarga Pulau Es yang terdiri dari 17 judul cerita.
Walaupun jago dalam menuliskan banyak cerita silat, Tina Asmaraman, putri ketiga Kho Ping Hoo menyampaikan bahwa ayahnya tidak benar-benar jago silat. Kho bukanlah guru silat seperti yang sering dipikirkan oleh banyak orang. Bahkan, berdasarkan pengakuan Tina, Kho hanya beberapa kali bermain silat-silatan dengan ayahnya, kakek Tina.
Merujuk pada laman kemdikbud.go.id, hingga akhir hayatnya, Kho Ping Hoo telah menuliskan sekitar lebih dari 200 cerita silat. Bahkan, beberapa ceritanya pernah diangkat menjadi cerita sinetron oleh Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) pada tahun 2000-an, seperti Badai Laut Selatan (1991) dan Perawan Lembah Wilis (1993).
ACHMAD HANIF IMADUDDIN
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.