Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seleb

28 Tahun Kho Ping Hoo Wafat, Benarkah Ia Guru Silat Seperti dalam Karyanya?

Pada 22 Juli 1994, maestro cerita silat Indonesia, Kho Ping Hoo, meninggal. Banyak orang menduga, ia guri silat seperti cerita-ceritanya.

22 Juli 2022 | 17.07 WIB

Kho Ping Hoo. wikipedia.org
Perbesar
Kho Ping Hoo. wikipedia.org

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bagi sebagian orang, nama Kho Ping Hoo atau yang juga dikenal dengan nama Asmaraman merupakan sosok legendaris dalam sejarah literasi di Indonesia. Bahkan, karya-karyanya pernah dibaca oleh tiga presiden di Indonesia, yaitu BJ Habibie, Gus Dur, dan Jokowi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tidak hanya presiden, karya-karya pun juga diapresiasi oleh musisi balada, Iwan Fals. Dalam lagunya Teman Kawanku Punya Teman, Iwan Fals menyenandungkan lirik yang berbunyi “Kacamata tebal, maklum kutu buku, Ngoceh paling jago, banyak baca Kho Ping Hoo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kho Ping Hoo

Kho Ping Hoo merupakan penulis cerita silat yang sangat populer di Indonesia pada abad ke-20. Dikutip dari kemdikbud.go.id, Ia lahir pada 17 Agustus 1926 di Kudus, Jawa Tengah dan meninggal tepat 28 tahun lalu, yaitu 22 Juli 1994.

Selain itu, Kho adalah keturunan Cina berdarah Jawa dari neneknya. Pada masa awal-awal kemerdekaan, Kho beserta keluarganya sering berpindah-pindah tempat tinggal sebab kerusuhan atas dasar ras ataupun kekerasan-kekerasan yang diterima ketika Belanda melakukan agresi militer ke Indonesia. Ia tercatat pernah tinggal di daerah Surabaya, Sragen, Solo, dan Tasikmalaya.

Sebagaimana dilansir oleh kemdikbud.go.id, ketika di Tasikmalaya, kehidupan Kho Png Hoo dan keluarganya semakin membaik. Bahkan, Kho juga sempat menjadi Ketua Perusahaan Pengusaha Pengangkutan Truk (P3T) di Kawasan Priangan Timur.

Ketika kondisi ekonomis dan keluarganya mulai stabil, barulah pada tahun 1951, ia menulis ragam jenis cerita, seperti kisah silat, detektif, novel, dan cerpen. Dari beberapa jenis tulisan tersebut, kisah tentang dunia silat lah yang melambungkan nama Kho Ping Hoo. 

Beberapa cerita silatnya yang terkenal adalah Pendekar Baju Putih (1959), Darah Mengalir di Borobudur (1959), Keris Pusaka Nogopasung (1980), dan serial cerita terpanjangnya adalah Kisah Keluarga Pulau Es yang terdiri dari 17 judul cerita.

Walaupun jago dalam menuliskan banyak cerita silat, Tina Asmaraman, putri ketiga Kho Ping Hoo menyampaikan bahwa ayahnya tidak benar-benar jago silat. Kho bukanlah guru silat seperti yang sering dipikirkan oleh banyak orang. Bahkan, berdasarkan pengakuan Tina, Kho hanya beberapa kali bermain silat-silatan dengan ayahnya, kakek Tina.

Merujuk pada laman kemdikbud.go.id, hingga akhir hayatnya, Kho Ping Hoo telah menuliskan sekitar lebih dari 200 cerita silat. Bahkan, beberapa ceritanya pernah diangkat menjadi cerita sinetron oleh Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) pada tahun 2000-an, seperti Badai Laut Selatan (1991) dan Perawan Lembah Wilis (1993).

ACHMAD HANIF IMADUDDIN 

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus