Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

3 Sensasi Saat Hidup di Hutan Tanjung Puting Tanpa Sinyal

Bermalam di hutan tanpa listrik, nihil sinyal, dan minim aktivitas digital selema beberapa hari bakal menghadirkan sensasi tak tepermanai.

21 Februari 2018 | 06.31 WIB

Seorang awak kapal sedang membersihkan kapal klotok di Sungai Sekonyer, Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah, Senin pagi, 19 Februari 2018. Tempo/Francisca Christy Rosana
Perbesar
Seorang awak kapal sedang membersihkan kapal klotok di Sungai Sekonyer, Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah, Senin pagi, 19 Februari 2018. Tempo/Francisca Christy Rosana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Tnanjung Puting - Bertualang di hutan dan menepi dari modernitas memang terdengar menantang. Apalagi bermalam lokasi tanpa listrik, nihil sinyal, dan minim aktivitas digital. Ibaratnya, inilah sebuah tempat antah-berantah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Petualangan alam liar demikian bisa Anda lakukan saat mengunjungi Taman Nasional Tanjung Puting di Kumai, Kalimantan Tengah. Masuk dan jelajahialh hutan di sana.

Taman nasional yang dikembangkan sejak 1970-an itu menawarkan beragam atraksi menarik. Bahkan tak cukup dinikmati semalam. Idealnya, turis bermalam 3-4 hari untuk benar-benar menikmati kesunyian yang alami. 

Jangan membayangkan bahwa Anda akan mati gaya saat menyusuri hutan yang terletak di ekor Pulau Borneo itu. Sebab, selama bertualang, ada tiga hal yang bisa dilakukan. 

1. Susur Sungai Sekonyer

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sungai sepanjang 45 kilometer membentang, membelah Taman Nasional Tanjung Puting. Di sepanjang sungai itu tumbuh beribu flora. Mereka seperti membentuk seperti koridor-koridor alami.

Sungai ini mirip Amazon. Wisatawan bisa mencoba sensasi menyusurinya menggunakan kapal klotok. 

Kapal klotok adalah kapal kayu yang dimanfaatkan warga setempat buat mengantarkan turis menyusuri sungai. Kapal bisa disewa seharga mulai Rp 2,3 juta per orang per 3 hari 2 malam, termasuk makan. 

Titik mula menyusuri Sungai Sekonyer menunggang kapal klotok berawal dari Dermaga Kumai dan finis di Camp Leakey. Biasanya wisatawan bermalam 2 hari hingga seminggu menjajal wisata mengapung di atas Sungai Sekonyer. 

Bila siang, kapal itu bergerak ke arah camp-camp trekking. Adapun kala petang, kapal berlabuh di tepi sungai. 

Di sepanjang perjalanan menikmati pelayaran pengunjung bakal disuguhi pemandangan fauna khas rimba, seperti para bekantan, uwa-uwa, dan kera ekor panjang yang bergelantungan di atas pohon. Ada juga burung raja udang dengan bulu warna-warni.

Kalau beruntung, Anda akan menemui buaya melintas di depan kapal. Selain itu, lumba-lumba pun bakal menggiring perjalanan menuju pertemuan arus sungai dan laut. 

2. Menjumpai Orangutan Ibu orangutan menggendong anaknya di hutan Taman Nasional Tanjung Puting, Senin, 19 Februari 2018. Tempo/Francisca Christy Rosana
 
Melihat orangutan hidup bebas di habitatnya adalah tujuan utama yang umumnya ingin dicapai para pelancong tatkala bertandang ke Taman Nasional Tanjung Puting. Orangutan biasanya akan dijumpai di camp-camp khusus.

Ada lima camp tempat melihat orangutan di Taman Nasional Tanjung Putting. Di antaranya camp Tanjung Harapan, Pondok Tanggui, Leakey, dan dua camp di Pesalat. Di titik-titik itu pengunjung bisa menyaksikan spesies orangutan Kalimantan, uwa-uwa, bekantan, beruk, lutung, dan kelasi atau monyet merah.
 
Menurut data terakhir Orangutan Foundation International, jumlah orangutan yang hidup di sepanjang Taman Nasinoal Tanjung Puting berkisar 6.000. Namun yang kerap muncul di-camp untuk mengambil makanan berkisar 70.
 
Untuk melihat orangutan, pengunjung perlu masuk ke hutan dengan jarak 2-3 kilometer dari tepi Sungai Sekonyer. Selama penjelajahan menuju camp orangutan, pengunjung bakal bertemu dengan beragam hewan liar, seperti tapir, babi hutan, ular, dan kupu-kupu hutan.

3. Jelajah Hutan Malam Hari
 
Bila klotok Anda berlabuh di Pondok Ambung, cobalah menjajal night trekking atau jelajah hutan malam hari. Penjelajahan akan dilakukan sekitar 1 jam dengan jarak tempuh 2 kilometer.
 
Ada berbagai jenis binatang nocturnal yang akan dijumpai dalam penjelajahan tersebut, semisal slowloris atau tarsius dan kukang. Kalau beruntung, pengunjung juga bakal ketemu macan dahan, ular piton, dan glowing mushroom atau jamur yang menyala. 
Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, ia bergabung dengan Tempo pada 2015. Kini meliput isu politik untuk desk Nasional dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco. Ia meliput kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke beberapa negara, termasuk Indonesia, pada 2024 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus