Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Taman Hutan Rakyat atau Tahura Ir Juanda, merupakan spot wisata alam yang paling diminati di Bandung, Jawa Barat. Kawasan hutan pinus ini, berada di sub-Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung dan DAS Citarum.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hutan pinus yang sejuk ini membentang mulai dari Curug Dago, Dago Pakar, sampai Curug Maribaya -- yang merupakan bagian dari kelompok hutan Gunung Pulosari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dinukil dari Bisnis.com, selama masa pandemi Covid-19 Maret hingga Mei 2020 lalu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengisolasi Tahura Ir Juanda. Termasuk objek wisata Goa Jepang dan Goa Belanda yang ada di dalamnya.
Mulai 12 Juni 2020 lalu, Tahura Ir Juanda akhirnya boleh beroperasi kembali. Wisatawan yang berkunjung ke hutan itu, harus mematuhi protokol kesehatan yang berlaku. Seperti memakai masker, mencuci tangan, dan pengecekan suhu tubuh.
Para pedagang makanan diperbolehkan buka, namun para pengunjung dilarang makan di tempat. Jadi, sebaiknya, bawa bekal sendiri bila mengunjungi Tahura Ir Juanda.
Selama masa normal baru, wisatawan juga tak diizinkan berkerumun. Bahkan foto prewedding atau event apapun belum diizinkan. Pembatasan ini juga masih berlaku bagi kunjungan ke Goa Jepang yang masih tutup.
Goa Peninggalan Perang Dunia II
Di dalam area Tahura Ir Juanda terdapat Goa Jepang cukup ramai didatangi oleh wisatawan. Goa Jepang merupakan bagian dari sejumlah goa lain yang dibuat Jepang, sepanjang tahun 1942 sampai 1945. Secara umum penjajah Jepang membuat goa untuk markas militer, gudang senjata, logistik, hingga pusat radio dan komunikasi.
Sebelum adanya Goa Jepang, pemerintah Hindia Belanda pada 1812 juga membangun goa di wilayah tersebut. Lalu goa itu, dipakai oleh penjajah Jepang dalam mengoperasikan sistem kerja paksa, serta untuk mengonsolidasikan kebutuhan tantara Jepang.
Banyak warga sipil yang dipekerjakan secara paksa atau romusha untuk membuat goa. Kekerasan, kelaparan, dan kematian yang terjadi di goa itu, meninggalkan kisah suram. Alhasil, suasana mistik terasa di dalam gua tersebut.
Saat pasukan Sekutu dan Belanda kembali merebut Bandung, banyak tentara Jepang yang tewas di dalam goa tersebut. Setelah kepergian Jepang dari Indonesia, goa ini sempat tidak terawat dan tertutup semak.
Hingga akhirnya pada 1965 seorang warga sipil menemukan goa ini dan pemerintah mulai melakukan sedikit pemugaran. Pada 23 Agustus 1965 Gubernur Jawa Barat saat itu, Brigjen Purn. Mashudi pun meresmikan arena Goa Jepang dan hutan sekitarnya, sebagai bagian dari Taman Wisata, dan berubah jadi Taman Hutan Ir. H Juanda sejak 14 Januari 1985.
Wisatawan yang ingin memasuki Goa Jepang, harus melewati rindangnya hutan sepanjang 500 merer. Suasana sejuk dan asri, membuat berjalan kaki di dalam Tahura Ir Juanda jadi menyenangkan.
Sesampainya di gerbang goa, terdapat sebuah pintu dengan ruangan yang sangat gelap. Pengunjung harus membawa senter untuk bisa berkeliling di dalam goa.
Sejumlah peneliti dari Ikatan Ahli Geologi Indonesia menyusuri Goa Belanda usai pemaparan singkat tentang ignimbrit Gunung Sunda di Dago Pakar pada pemandu wisata dan pengelola Taman Hutan Raya Juanda di kawasan Goa Pakar, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (20/2). Wisatawan kini bisa mempelajari ilmu kebumian melalui geowisata di jalur Tahura Maribaya. TEMPO/Prima Mulia
Total ada empat pintu namun hanya ada satu pintu yang digunakan sebagai pintu masuk. Goa Jepang ini juga memiliki sekitar 15 lorong dan 18 bunker. Goa ini punya tembusan sampai ke bagian belakang bukit Tahura yang menjadi jalan tembus ke Maribaya.