Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Bangunan yang terbuat dari tumpukan bata merah itu sudah tampak dari kejauhan. Saat kapal motor yang saya tumpangi pada Ahad, 15/4, lalu itu mendekat, bangunan itu tampak terlihat kian kokoh. Berdiri di ujung Pulau Kelor, Kepulauan Seribu, bangunan itu bernama Benteng Martello.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pulau Kelor pernah menjadi tempat penguburan, di antaranya jenasah para pemberontak kapal Zeven Provincien. Dalam bahasa Belanda, pulau ini bernama Kerkhof Eiland yang artinya Pulau Pemakaman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Saat mendarat, kini jelas terlihat sisa Benteng Martello yang juga bernama Benteng Menara, berbentuk bundar. Tinggi bangunan ini adalah 9 meter dari permukaan laut. Diameter luar benteng 14 meter dengan tebal dinding 2,5 meter. Bahan pembuat benteng adalah batu merah berukuran 27 x 10 x 5 sentimeter.
Papan informasi di lokasi itu menuliskan, bahwa benteng dibangun Belanda tahun 1850 sebagai bagian sistem pertahanan laut kota Batavia. Antara tahun 1840-1880, Belanda mengembangkan sistem pertahanan Nieuwe Hollandse Waterlinie, antara lain dengan pembangunan Benteng Martello yang berfungsi sebagai benteng pertahanan dan sekaligus menara pengintai.
Di bagian tengah Benteng Martello terdapat sebuah tiang fondasi berbentuk segiempat yang juga terbuat dari bata. Di sebelah timur fondasi berjarak sekitar 2,5 meter, terdapat sisa sebuah tangga dengan gang yang melingkar sepanjang 2,5 meter. Tempat ini diperkirakan sebagai tempat persembunyian.
Pulau Kelor, Kepulauan Seribu. Tempo/Rezki Alvionitasari
Konon, dahulu benteng ini dibangun di tengah pulau. Namun karena kikisan air laut, benteng ini kini berada di pinggir pantai barat Pulau Kelor. Ini adalah bagian dari tembok pertahanan benteng yang sudah runtuh. Ketinggian tembok yang runtuh diperkirakan sekitar 3,5 meter.
Sebagian puing tembok terletak di sebelah barat dan selatan dan sebagian jatuh ke laut. Para wisatawan yang baru tiba di Pulau Kelor, umumnya menuju ke benteng atau puing yang tersebar di pesisir pantai untuk berfoto-foto.
Di dinding benteng terdapat delapan buah jendela. Tinggi jendela 2 meter dan lebar 2,2 meter. Letaknya sekitar 3,5 meter di atas permukaan tanah. Di salah satu jendela sebelah barat terdapat engsel besi, diduga jendela-jendela itu berdaun jendela. Di antara jendela juga terdapat lubang sempit untuk menembak ke luar.
Di bawah empat jendela yang menghadap utara dan barat, masing-masing terdapat sebuah lubang berbentuk setengah lingkaran. Keempat lubang itu menghadap ke Pulau Untung Jawa dan Pulau Rambut ke arah Banten, Pulau Onrust, Pulau Cipir, serta ke arah Teluk Jakarta. Lubang ini berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan laras meriam.
Wisatawan berfoto di Benteng Martello peninggalan Belanda di Pulau Kelor, Kepulauan Seribu, Minggu, 15 April 2018. TEMPO/Rezki Alvionitasari.
Situs ini dinyatakan sebagai benda cagar budaya. Pulau Kelor termasuk dalam Taman Arkeologi Onrust yang dikelola Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta.
Martello di Pulau Kelor adalah yang terkecil di antara empat Benteng Martello di antara Pulau Sakit (Bidadari), Onrust, dan Cipir. Namun bangunannya masih terjaga. "Benteng di Pulau Onrust sudah hampir rata dengan tanah," kata Rosadi salah satu pemandu di kawasan ini.
Beberapa larangan bagi pengunjung di Martello di antaranya dilarang naik ke atas benteng, dilarang mencoret, memaku, atau mengebor dinding benteng, tidak mendirikan tenda alias camping di dalam dan sekitar benteng, serta tidak membuat api unggun di dalam dan di luar benteng.
Artikel Lain: Tiga Pulau Pasir, Tempat Persinggahan yang Instagramable
REZKI ALVIONITASARI