Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Mataram - Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat (Dispar Lobar), Nusa Tenggara Barat (NTB), menyelenggarakan belasan atraksi budaya Sasak dan Bali di Kecamatan Lingsar. Atraksi ini antara lain tradisi Perang Topat beserta rangkaian prosesi budaya yang berada di satu lokasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perang Topat merupakan tradisi turun temurun yang dimulai sejak lama. Tradisi ini di laksanakan sebagai rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. Kegiatan perang topat ini diawali oleh ritual di kemalik di pura lingsar. Kemudian masyarakat Hindu dan Muslim melakukan tradisi saling lempar ketupat. Hal ini sebagai bentuk komunikasi dan kebersamaan antara warga Hindu dan Islam di Lingsar. Kegiatan ini merupakan salah satu wujud toleransi dan moderasi di pulau Lombok.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Atraksi budaya tersebut dimulai dari Presean (20 – 25 November 2023), Pembuatan Kebon Odeq (26 November 2023), Roah Gubug (Haul Islami – 26 November 2023), Mendak Betara (26 November 2023), Ngliningan Kaoq (26 November 2023), Pujawali Piodalan (27 November 2023), Pameran Pusaka Daerah (27 November 2023, Prosesi Ceremony Perang Topat (27 November 2023, Atraaksi Seni Budaya (26 November 2023), Melayagin (30 November 2023), dan Beteteh atau Nglukar (30 November 2023, Bukak Boto Momot (30 November 2023).
Kepala Dinas Pariwisata Lombok Barat M Fajar Taufiq kepada Tempo mengatakan semua atraksi ini dilakukan sebagai penarik wisatawan. "Kami ingin memperkenalkan prosesi budaya dan benda-benda pusaka yang ada di masing-masing desa di Kecamatan Lingsar kepada para wisatawan yang berkunjung," katanya, Kamis, 16 November 2023 siang.
Fajar Taufiq juga berharap atraksi ini bisa menjadi salah satu magnet bagi wisatawan untuk datang ke Lombok Barat.
Pameran benda pusaka
Setelah ini, mereka juga berencana menggelar pameran benda-benda pusaka yang ada di Kabupaten Lombok Barat.
Secara terpisah, Kepala Museum NTB Ahmad Nuralam yang dihubungi Tempo mendorong agar masyarakat dan desa menampilkan benda-benda pusaka yang mereka miliki. "Ini tergetnya melindungi benda benda peninggalan yang bernilai sejarah dan budaya," ujarnya.
Selain itu, pameran benda pusaka ini mencegah barang-barang tersebut keluar NTB karena perburuan kolektor dari luar. Dia juga mendorong desa membangun museum desa dan menjadikan kebudayaan sebagai basis pariwisata di masa depan. "Program strategis museum NTB yaitu Kotakau Museumku. Kami menginginkan semua lingkungan yang bernilai sejarah dan kebudayaan menjadi museum hidup atau living museum," ucapnya.
SUPRIYANTHO KHAFID