Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Bermula dari sepetak taman dapur pada tahun 1697, lalu menjelma menjadi Berlin Botanical Garden, kebun botani terbesar kedua di dunia. Dan hanya kalah dengan Kew Royal Garden di pinggiran London, Inggris.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Saat menjadi taman dapur, ia memasok kebutuhan sayur dan hop untuk bahan pembuatan bir. Sepanjang dua abad kemudian, tanaman-tanaman baru ditambahkan. Dan ukurannya menjadi gigantis. Lalu pada tahun 1879, Royal Botanical Museum didirikan, yang mencakup setiap area botani.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Saling rimbunnya, pengunjung mengira ukuran kebun tak sebanding dengan kepadatan tanaman yang lebat luar biasa. Koleksinya kian berharga, karena sebagian merupakan pepohonan dan tanaman yang langka, yang terancam punah di habitat aslinya. Mereka tumbuh kuat dan bersemangat, sementara di tempat asalnya menghadapi ancaman kepunahan.
Di dalam kebun terdapat 16 rumah kaca, sementara lanskapnya merupakan mikrokosmos keanekaragaman alam, rumah bagi tanaman merambat yang berbunga, tebing batu dengan air terjun, hutan bambu, hamparan pakis, anggrek, dan bromelia.
Berlin Botanical Garden memiliki koleksi tanaman hampir dari seluruh dunia, terutama yang nyaris punah. Foto: Sprellwitz/Atlas Obscura
Victoria House – sebuah rumah kaca raksasa -- menghadirkan lingkungan tropis dengan kelembaban tinggi, yang disukai oleh anggrek dan bunga lili. Aksesoris lainnya, yang sangat penting berupa jembatan bambu yang mengangkut wisatawan melintasi lembah dan menuju surga tanaman yang eksotis.
Dengan luas 43 hektar dan berisi lebih dari 22.000 spesies tanaman, Berlin Botanical Garden tak cukup dijelajahi sesiangan. Atraksi lainnya berupa Great Pavillion, rumah kaca seluas 1.800 meter persegi dengan tinggi 20 meter – yang merupakan rumah kaca terbesar di dunia.
Koleksi lain yang harus dilihat berupa lili air raksasa, spesimen tanaman karnivora, dan kuburan kecil, yang terletak di sebelah kiri kompleks Great Pavillion – yang bisa ditemui bila masuk dari arah Königin-Luise-Platz.
Kuburan di dekat Great Pavillion berupa sarkofagus yang menyimpan jenazah Profesor Friedrich Althoff, ilmuwan Prusia terdepan yang meninggal pada tahun 1908. Sarkofagus itu berhias sosok perempuan muram, yang mewakili dunia ilmu pengetahuan Prusia Raya atas meninggalnya Althoff.
Sarkofagus yang menyimpan jenazah Profesor Friedrich Althoff, ilmuwan Prusia terdepan yang meninggal pada tahun 1908. Foto: Wikipedia
Susut lain yang menarik – namun tak dibuka untuk umum – adalah terowongan bunker sisa Perang Dunia II. Bunker itu dibangun pasukan Nazi, untuk berlindung dan menampung dokumen saat serangan udara Sekutu. Kini, menjadi sarang yang hangat bagi kelelawar, kala musim dingin menggigit Berlin.