Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Para pengusaha kedai kopi berusaha bertahan di masa pandemi Covid-19. Saat pengunjung kedai kopi mulai sepi karena kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM, mereka tak boleh kehilangan pelanggan dan tetap berusaha memodifikasi produk agar dapat diterima masyarakat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Coffee Cart Strategy dari Kedai Kopi Guyon, Ego Prayogo mengatakan telah berimprovisasi dengan menghadirkan produk siap minum atau ready to drink dalam kemasan kaleng. Menu baru itu bernama "Pura-pura". "Pandemi membuat konsumen ingin mengkonsumsi produk yang higienis, bisa dibawa pergi, dan dinikmati di rumah karena mereka tak dapat minum kopi di kedai," kata Ego.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jika Ego memilih memodifikasi produk kopi siap minum menjadi kemasan kaleng, pendiri Gerilya Coffee and Roastery, Gemawan Wahyadhiatmika memilih mendongkrak penjualan lewat online. Memang awalnya sulit karena selama ini dia menyasar segmen pekerja kantoran yang minum kopi sambil menikmati makan siang. Sementara selama PPKM, sebagian besar karyawan bekerja dari rumah.
Gemawan memanfaatkan semua jalur penjualan online. Mulai dari marketplace, beriklan di Instagram maupun Facebook, dan semua lini penjualan pesan antar. "Kami memahami kalau konsumen ingin kemudahan memesan melalui gadget," katanya.
Direktur Eksekutif Specialty Coffee Association of Indonesia atau SCAI, Andi Fahcri menyampaikan data survei SCAI yang melibatkan 100 anggota coffee shop untuk mengetahui seberapa besar dampak pandemi terhadap bisnis kopi di Indonesia. Hasil survei menunjukkan pandemi mengakibatkan penurunan penjualan hingga 70 persen saat periode PPKM berlaku sejak 3 Juli 2021.
"Industri kopi terpukul sangat berat," katanya. Selain mencari metode pemasaran yang lebih jitu dan modifikasi produk, pengelola kedai kopi juga harus membayar berbagai biaya operasional. Sebab itu, Andi Fachri berharap PT PLN dapat membantu meringankan beban biaya pengusaha kedai kopi ini.
Data Soecialty Coffee Association Global menunjukkan perubahan pola konsumsi masyarakat dari minum di kedai kopi ke pesan antar, take away, dan online platform. Sebayak 30 persen pelanggan juga memilih metode pembayaran non-tunai.
Baca juga:
Tradisi Minum Kopi: Kedai Kopi Tumbuh di Aceh, Pontianak, Makassar, Medan