Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Menikmati Secangkir Kopi Aceh di Kedai Solong yang Sederhana, Langganan Para Petinggi

Kedai ini bukan sekadar tempat menyesap kopi nikmat, tetapi juga menjadi tempat bercengkrama dan bercanda dalam nuansa tradisional.

9 September 2024 | 12.13 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Para pelanggan bercengkrama di kedai kopi Solong yang terletak di Jalan Iskandar, Ulee Kareng, Banda Aceh, Jumat (06/07/2024). (ANTARA/FAJAR SATRIYO)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Aceh, yang menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional atau PON 2024 bersama dengan Sumatra Utara, terkenal dengan kopinya. Di tempat ini terdapat banyak kedai kopi yang terkenal di kalangan wisatawan, salah satunya adalah Kedai Solong. Kedai Solong yang berada di Jalan Iskandar, Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh, itu ketiban berkah karena dikunjungi banyak tamu menjelang PON dimulai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemilik Kedai Solong, Haji Nawawi atau yang lebih akrab disapa Haji Solong mengatakan bahwa setiap hari Kedai Solong mampu menjual rata-rata 700 cangkir kopi per hari. Namun, menjelang PON 2024, Haji Solong mengatakan bahwa kedai kopi yang berdiri sejak 1974 ini mulai mengalami peningkatan. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kalau sudah ada acara ini (PON 2024) tentu ada peningkatan ya, itu udah jelas semua...kalau ini belum seberapa banyak, mungkin setelah pembukaan nanti ya karena yang datang baru panitia-panitia, kalau atlet belum kan (masih di karantina)," kata Haji Solong.

Kedai tradisional

Kedai kopi ini tak pernah sepi dari pengunjung. Mulai dari pagi, sore, hingga malam, para pengunjung silih berganti datang. Kedai ini bukan sekadar tempat menyesap kopi nikmat, tetapi juga menjadi tempat bercengkrama dan bercanda. 

Pengunjung merasa nyaman berada di kedai ini karena nuansanya sederhana dan tradisional, menawarkan kehangatan masa lampau. Kesederhanaannya terlihat peletakan meja yang membuat para pelanggan bisa berdekatan. Selain itu, tersedia berbagai macam jajanan dan kue tradisional yang dihidangkan di atas meja, seakan menyuruh para pelanggan untuk tak boleh beranjak dari masa lalu.

Haji Solong mengungkapkan bahwa nuansa sederhana ini tetap dipertahankan karena para konsumen justru lebih senang dengan nuansa yang tetap dipertahankan sejak zaman dulu di kedai kopi ini.

"Saya coba berapa kali wawancara sama konsumen yang datang ke sini, tanya bagaimana kalau diubah nuansanya, tapi para pelanggan itu mengatakan jangan biar begini aja (enggak usah berubah ke modern)," ujar Haji Solong.

Selain nuansa kedainya, pengolahan kopi juga dilakukan dengan cara tradisional. Pengunjung bisa melihat proses pembuatannya seperti menonton atraksi.

Sejarah Kedai Solong 

Kesederhanaan Kedai Solong tak terlepas dari sejarahnya. Menurut Haji Nawawi, Kedai Solong berawal dari kisah sang ayah yang bekerja pada sebuah tempat produksi kopi milik orang Cina. Pada 1965 kepemilikan tersebut berpindah ke Muhammad Saman. Karena orang-orang kerap memanggil nama Muhammad Saman dengan Solong akhirnya ketika membuka kedai pun dipanggil sebagai Kedai Solong.

"Jadi nama bapak saya Haji Muhammad Saman. Jadi karena Solong itu sudah melekat, sudah kerennya, kopi mana Solong. Jadi semua Solong. Sudah bikin nama lainnya nggak jalan," kata Haji Nawawi.

Kedai ini sempat berganti nama, namun karena nama Kedai Solong begitu melekat dengan masyarakat, akhirnya nama Kedai Solong kembali digunakan.

Langganan petinggi 

Kesederhanaan menjadikan kedai ini sebagai tempat ngopi yang ikonik, sehingga tak jarang disambangi para pejabat di Tanah Air seperti Wakil Presiden Indonesia ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, dan Menteri Agraria dan Tata Negara Agus Harimurti Yudhoyono.

Ketika ditanya mengenai para petinggi yang mampir ke Kedai Solong, Haji Solong justru tak mengetahui alasan kedatangan para negarawan tersebut. Ia hanya beranggapan bahwa mereka menyukai kopi tradisional khas Aceh ini.

"Pernah Bapak Jusuf Kalla, alhamdulilah sudah dua kali (ke sini) dan juga petinggi-petinggi lainnya seperti Pak Sandiaga Uno dan Pak AHY. Kenapa pilih kita? Nggak tahu juga, mungkin karena tradisional, ya," ujar Haji Solong.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus