Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Desa Welora salah satu destinasi unggulan di Pulau Dawera, Maluku Barat Daya. Kawasan ini memiliki potensi wisata bahari yang menarik. Sebab itu, pemerintah desa setempat mengkaji daya dukung wisata bahari di wilayah desa dan perairan sekitarnya dengan menggandeng Yayasan WWF Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Desa Welora terletak di antara Laut Banda dan Laut Timor. Desa itu selama ini sudah dikenal sebagai destinasi wisata selam yang dikunjungi banyak turis, baik dari lokal maupun mancanegara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wsatawan akan dimanjakan pemandangan bawah laut yang menakjubkan. Seperti terumbu karang yang sehat, berukuran besar, dan beraneka ragam warna. Disertai berbagai ikan-ikan seperti kerapu dengan ukuran hampir sepanjang dua meter, kumpulan ikan barakuda juga ikan napoleon.
Pesona Welora. Dok. Yayasan WWF Indonesia/Muhammad Ramadhany
Destinasi wisata baru
Pada 2020, Desa Welora meraih Juara 1 dalam ajang Anugerah Pariwisata Indonesia atau API Award, dalam kategori destinasi wisata baru. Desa yang asri dengan bangunan yang berjajar rapi dan penduduk yang ramah, akan membuat siapa pun yang mengunjunginya betah untuk tinggal berlama-lama.
Para warga dan pengurus desa wisata, terus berusaha mengembangkan desa wisata ini agar dikenal luas oleh masyarakat. Dalam catatan Pemerintah Desa Welora, kunjungan LoB (Live on Board) dalam kurun waktu 2021-2023, ada 13 kapal yang telah singgah ke Welora dan membawa hingga 291 penumpang yang berasal dari berbagai negara: Amerika Serikat, Kanada, Belanda, Jerman, dan lain-lain.
Kajian daya dukung pariwisata
Sebagai upaya pengembangan wisata yang berkelanjutan, pemerintah Desa Welora bekerja sama dengan WWF Indonesia melakukan kajian daya dukung pariwisata, baik di area pesisir atau pantai maupun wisata laut. Kajian ini dilakukan pada 20-24 Maret 2024, di empat titik garis pantai untuk mengetahui karakteristik pantai, dan lima titik penyelaman untuk mengetahui keanekaragaman hayati dan biota laut. Dengan kajian tersebut diharapkan wisata bahari yang dikembangkan lebih berkualitas, berkelanjutan, ramah lingkungan, serta menghindari potensi terjadinya overtourism.
Markus Laimera, Sekretaris Desa Welora sekaligus salah satu penggagas desa wisata, mengaku sangat berangtu dengan kajian daya dukung wisata. "Mudah-mudahan dari hasilnya nanti, kami dapat berbenah dan meningkatkan pelayanan wisata hingga pengadaan fasilitas yang belum ada di Welora,” ucapnya, dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo.
Pesona Welora. Dok. Yayasan WWF Indonesia/Muhammad Ramadhany
Senada dengan Markus, Sarjon Walupi, Kepala Desa Welora, mengungkapkan kesempatan bekerja sama dengan WWF Indonesia semakin menumbuhkan kepercayaan diri masyarakat untuk membentuk desa wisata yang selaras dengan tujuan konservasi. Selama ini, masyarakat desa juga turut berpartisipasi dalam
menjaga keanekaragaman hayati di laut sekitar Welora, baik secara personal maupun secara administratif.
Pengembangan wisata bahari berkelanjutan
Anastasia Alerbitu, Marine Tourism and Community Officer WWF Indonesia untuk Maluku Barat Daya menambahkan perlunya kajian ini dalam sudut pandang konservasi. Dari kajian yang telah dilakukan dapat mengetahui berapa jumlah batas tampung dari pantai-pantai yang ada di Welora, atau jumlah maksimal penyelam di dalam satu titik selam. "Hal ini dapat mendukung Welora menjadi wisata yang berkualitas dan berkelanjutan untuk mencegah terjadinya overtourism," ucapnya.
Kajian daya dukung ini nantinya akan menjadi data dasar untuk kajian mendatang terkait upaya pengembangan wisata bahari yang berkelanjutan, khususnya yang berhubungan dengan keanekaragaman hayati laut. Selain itu, hasil kajian dapat digunakan sebagai bahan promosi wisata Desa Welora. Termasuk juga informasi terkait peta penyelaman dan biodiversitas laut yang menjadi potensi wisata bahari dari keindahan Desa Welora.