Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Di Kampung Seni Yogyakarta Ini Puluhan Siswa Digembleng Menulis Puisi hingga Naskah Lakon

Pembelajaran sastra di kampung seni Nitiprayan, Yogyakarta, ini bertujuan mengajak para pelajar berinteraksi langsung dengan alam desa.

30 Juni 2022 | 20.34 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Suasana wokrshop Temu Karya Sastra di Sanggar Alam Nitiprayan Bantul Yogyakarta. (Tempo/Pribadi Wicaksono)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Desa Nitiprayan di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, menjadi tempat berkumpulnya komunitas, sanggar, galeri, sekolah, dan para seniman. Itu sebabnya kawasan dijuluki kampung seni atau seniman.

Salah satu aktivitas menarik di kampung seni Nitiprayan selama liburan ini adalah berkumpulnya 80 siswa tingkat SMA dan mahasiswa semester awal di sebuah sanggar bernama Sanggar Anak Alam (Salam). Sanggar ini berada di balik pepohonan rimbun, di tengah areal persawahan hijau, yang akses masuknya hanya bisa ditempuh menyusuri jalan setapak berdekatan saluran irigasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Selama masa libur sekolah ini, para pelajar itu belajar bersama tentang sastra baik kelas puisi, kelas cerpen, dan kelas naskah lakon," kata Broto Wijayanto, salah satu pendamping para pelajar itu ditemui Kamis, 30 Juni 2022.

Suasana wokrshop Temu Karya Sastra di Sanggar Alam Nitiprayan Bantul Yogyakarta. (Tempo/Pribadi Wicaksono)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Broto menuturkan, para siswa dari berbagai sekolah di Yogyakarta itu mengikuti workshop Temu Karya Sastra bertajuk Daulat Sastra Jogja yang digelar Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sejak pertengahan Juni lalu.

"Setelah belajar sepekan, karya mereka akan ditampilkan bersama pada bulan Juli nanti, dalam bentuk seni pertunjukan yang menggabungkan pembacaan puisi dan cerpen," kata Broto.

Broto mengungkap, pembelajaran sastra bersama di kampung seni Nitiprayan ini bertujuan mengajak para pelajar berinteraksi langsung dengan alam desa.

"Suasananya beda dengan kota yang cenderung hiruk pikuk, di sini para pelajar diajak bisa berimajinasi, mengamati sekelilingnya dan membebaskan pikirannya untuk berkarya," kata dia.

Contohnya, pada satu pertemuan, para pelajar itu diajak terjun langsung ke areal persawahan saat para petani tengah menggelar tradisi Wiwitan. Wiwitan merupakan upacara tradisi yang digelar sebagai wujud syukur atas panen padi yang berhasil.

"Pelajar diajak melihat dari dekat proses tradisi dilakukan petani, mendengar rapalan doa yang dipanjatkan, sesaji yang disiapkan, makna syukur yang diungkapkan," kata dia.

Pengarah kegiatan Temu Karya Sastra itu, Adhi Yohanes Satiyoko mengatakan, selama workshop para peserta didampingi tutor sastrawan dan pegiat pada bidangnya. Mereka antara lain Eko Triono di kelas cerpen, Anes Prasetya di kelas puisi, dan Nunung Deni Puspitasari di kelas naskah lakon.

"Dari Temu Karya Sastra ini mereka dikenalkan sastra penting dalam membangun kehidupan manusia secara mental spiritual tak kalah dengan pembangunan manusia secara fisik," kata dia. 

Peserta yang mengikuti kegiatan secara terjadwal nantinya bakal menghasilkan karya tulis yang diantologikan. Usai mengikuti workshop para peserta mengikuti lomba menulis puisi, cerpen dan naskah lakon drama satu babak. 

“Tahap selanjutnya, para peserta mementaskan karya. Pentas lakon, baca cerpen dan baca puisi,” kata dia.

Setelah selesai dari kelas kelas itu, para peserta diarahkan membentuk komunitas-komunitas sastra baru yang makin menghidupkan geliat sastra di Yogyakarta.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus