Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Karir cemerlang pesepak bola asal Mesir, Mohamed Salah menjadi kebanggaan kampung halamannya. Penyerang andalan Liverpool ini bahkan disebut-sebut menjadi penentu lolosnya Mesir sebagai peserta Piala Dunia 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mohamed Salah dilahirkan di desa Nagrig pada 1992 silam. Nagrig awalnya tidak terlalu dikenal sampai kemunculan Mohamed Salah yang dibangga-banggakan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nagrig merupakan sebuah desa kecil yang berada di provinsi Gharbia. Jaraknya sekitar 120 kilometer dari Kairo, Ibu kota Mesir. Untuk menuju Kairo, ibu kota Mesir, Salah berganti setidaknya 5 bus. Di Nagrig, Sekitar 10 persen populasinya hidup dalam garis kemiskinan.
Desa ini dikelilingi oleh rumah yang tersusun dari batu-bata berwarna merah kecoklatan. Ada deretan rumah susun, namun banyak yang rusak. Sebagian yang lain bahkan dibiarkan setengah jadi.
Jalanan di Nagrig berdebu karena tak beraspal dan cukup sepi. Terlihat juga ladang pertanian di mana kebanyakan warga Nagrig bekerja di sana. Eloknya, di desa ini juga terdapat budidaya melati.Penyerang Liverpool, Mohamed Salah, saat tiba di hotel jelang pertandingan Final Liga Champions di Kiev, Ukraina, 24 Mei 2018. Real Madrid bertanding melawan Liverpool dalam laga Final Liga Champions akan digelar pada 26 Mei. AP
Mohamed Salah tentu menjadi tokoh favorit di desa ini. Anak-anak dan remaja tampak berjalan-jalan mengenakan kaus bergambar Salah.
Tidak hanya itu, mural wajah Salah terpampang di dinding sebuah pusat kegiatan masyarakat atau semacam balai desa. Di pusat kegiatan masyarakat tersebut, terdapat sebuah lapangan dengan tanah berwarna coklat keemasan khas Mesir.
Lapangan ini dulu menjadi tempat Salah bermain sepak bola bersama teman-teman dan saudaranya.
Tidak jauh dari situ, ada sebuah café tanpa dinding yang lebih mirip garasi dilengkapi TV besar yang menyiarkan pertandingan sepak bola. Café ini menjadi salah satu tempat favorit Mohamad Salah.
Jika dahulu penduduk di Nagrig lebih tertarik menonton pertandingan Eropa, kini mereka menonton setiap pertandingan yang diikuti oleh Salah.
Meski telah menjadi pesepak bola terkenal, Salah masih seirng mengunjungi desanya dan melakukan kegiatan amal di sana. Badan amal milik Salah membangun gedung sekolah, pasar, lahan parkir hingga rumah sakit.
Dia juga membangun lapangan sepak bola yang layak untuk sebuah sekolah, yaitu Mohamed Ayyad Al-Tantawy, tempat Salah dulu menimba ilmu.
Sebelumnya Salah menolak pemberian vila mewah dari Mamdouh Abbas, mantan presiden klub Zamlek. Sebagai gantinya Salah meminta pengusaha Mesir tersebut menyumbangkan uangnya ke Nagrig.
HENATIONAL.AE | THEGUARDIAN.COM | HINDUSTANTIMES.COM | INSAN QURANI
Artikel lain: 5 Gudeg Kaki Lima di Jogja untuk Bersantap Sahur