Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada 27 September kemarin, dikabarkan bahwa Diorama Tokoh Penumpasan Gerakan 30 September PKI (G30S/PKI) PKI di Museum Dharma Bhakti Markas Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Museum Kostrad) Jakarta, hilang. Menurut Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo menyatakan bahwa diorama ini memiliki nilai sejarah dan merupakan benda yang penting untuk mengingatkan generasi muda. Lalu, apa itu diorama?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Diorama merupakan sebuah sajian tiga dimensi untuk mengabadikan sebuah momen tertentu. Melansir laman stormthecastle.com, diorama biasanya dianggap dalam skala kecil. Namun, sebenarnya diorama dapat dibuat pada skala sebenarnya, seperti berbentuk manusia. Melansir laman britannica.com, diorama sering berada di sebuah bilik dan dilihat melalui celah atau lubang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebenarnya diorama dapat didefinisikan dalam berbagai hal, selama mengabadikan momen pada suatu peristiwa dan memperlihatkan objek lain serta berbagai pemandangan. Dalam diorama, diperlihatkan aktivitas dari para objek di dalamnya. Interaksi antar objek menjadi aspek penting dalam diorama.
Mengutip buku karya Rainer Hutterer, berjudul “History of Dioramas”, diorama diperkenalkan oleh Louis Jacques Mandé Daguerre sejak 1822. Diorama cepat menjamur di Eropa. Berawal dari Paris dan menyebar ke negara-negara di Eropa.
Diorama sebenarnya ada karena ketidakhadiran ruang gerak pada panorama. Perkembangan diorama dipengaruhi oleh gagasan “keindahan yang indah” dan “keagungan dan keindahan”, serta teknik di Eropa. Diorama pertama di dunia berupa lukisan dengan ukuran 22 x 14 m.
Lukisan ini tembus cahaya (digambar secara buram) di atas kanvas transparan. Kemudian, cahaya berasal dari depan atau belakang kanvas untuk dapat memberi nyawa pada lukisan itu. Pada waktu itu, lampu terus berubah warna melalui corong yang berbeda. Kini diorama tidak hanya terbuat dari kanvas dan disorot lampu, namun terbentuk dari lilin, tembaga, hingga kayu.
Di Indonesia, diorama dikenal sebagai seni liping. Kata liping berawal dari kata living dalam bahasa Inggris yang memiliki arti hidup. Melansir laman indonesia.go.id, seni liping dipopulerkan Bejo Wage Suu. Seorang asal Sukoharjo ini sering mengangkat cerita tentang kegiatan sehari-hari dengan filosofi yang tinggi. Karya liping yang digunakan berbahan dasar kayu pinus yang dibentuk sesuai dengan karakter yang diinginkan. Karya-karya Bejo telah dikenal hingga luar negeri. Label seni liping dinamai dengan Jopa Japu Indonesia Lifestyle.
JACINDA NUURUN ADDUNYAA