Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Gairah Anak-Anak Mataram Mendaur Ulang Plastik Jadi Kerajinan

Kerajian tangan menjadi salah satu pemikat wisatawan. Anak-anak di Lombok menciptakan kerajinan dari daur ulang sampah plastik.

20 Agustus 2019 | 19.07 WIB

Proses daur ulang sampah plastik menjadi bonsai tiruan, yang dllakukan oleh perwakilan Dewan Anak Mataram, Lombok Barat, Jumat 16 Agustus 2019. TEMPO/Bram Setiawan
Perbesar
Proses daur ulang sampah plastik menjadi bonsai tiruan, yang dllakukan oleh perwakilan Dewan Anak Mataram, Lombok Barat, Jumat 16 Agustus 2019. TEMPO/Bram Setiawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Mataram - Riang suara anak-anak menonton wayang Sasak dalam sebuah ruang kelas di SD Ampenan 47, Mataram, Lombok Barat, saat TEMPO berkunjung di sekolah itu pada Jumat, 16 Agustus 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mereka sedang menyaksikan pentas wayang Sasak. Alur cerita wayang Sasak sudah paten, namun ada yang berbeda dalam pertunjukan itu: karakter figur tokoh-tokohnya dibuat dari bahan hasil daur ulang sampah plastik. Pertunjukan wayang Sasak "ramah lingkungan" itu diperagakan oleh Sekolah Pedalangan Wayang Sasak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Rupanya daur ulang sampah menjadi kerajinan, bakal menjadi tren baru di Lombok. Saat perjalanan di Lombok Barat itu, TEMPO sempat mengunjungi lokakarya daur ulang sampah plastik yang diadakan di bantaran Sungai Jangkuk, persisnya dekat Taman Jangkar Kota Toea Ampenan. "Ini bonsai tiruan dari sampah plastik," kata Muhammad Shodiq Himawan, 18 tahun.

Shodiq adalah anggota Dewan Anak Mataram yang menunjukkan cara mendaur ulang sampah plastik menjadi bentuk bonsai. Bonsai imitasi itu bermula dari tumpukan plastik tembus pandang, yang sudah disusun dan dibelit menjadi padat. Kemudian, plastik tersebut dipanaskan menggunakan alat pemanas heat gun.

"Heat gun ini sekadar untuk menunjukkan caranya. Biasanya pemanasan memakai api dari kompor," tuturnya.

Lilitan plastik yang meleleh itu menjadi padat karena cairannya telah merekat satu sama. Saat pemanasan itulah batang bonsai mulai dibentuk. Untuk membentuk dahan bonsai juga menggunakan plastik yang sama, ukuran ketebalannya menyesuaikan dengan lilitan. "Nanti ditempel dengan cairan plastik yang meleleh ini," katanya.

Wayang Sasak yang dibuat dari bekas sampah plastik yang dipentaskan di SD Ampenan 47, Mataram, Lombok Barat, Jumat 16 Agustus 2019. TEMPO/Bram Setiawan

Untuk menambah kesan keaslian, bisa menggunakan plastik berwarna. Lelehan plastik berwarna itu digunakan untuk melapisi permukaan batang bonsai.

Adapun daunnya dibuat menggunakan bekas kantong plastik berwarna hijau. Caranya, dua sisi permukaan lembar plastik tersebut dilapisi kertas tulis bebas serat kayu atau biasa disebut HVS.

"Nanti disetrika, setelah lelehannya dingin mengeras, kemudian digunting membentuk daun," katanya. Setelah membentuk daun, selanjutnya direkatkan dengan lelehan cairan plastik pula.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus