Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seleb

Garap Film Posesif, Sutradara Edwin: Tak Korbankan Idealisme

Menggarap film Posesif, menurut Edwin, sama sekali tidak mengorbankan idealismenya sebagai sutradara film selama ini.

13 Oktober 2017 | 16.23 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sutradara Edwin, penulis naskah Gina S. Noer, Adipati Dolken, Putri Marino, duo produser Muhammad Zaidy dan Meiske Taurisia, yang membuat film Posesif saat di Bandung, 24 Januari 2017. TEMPO/ANWAR SISWADI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sutradara Edwin mengaku senang mengeksplorasi sesuatu yang baru saat menggarap film. Meski begitu, ia tak menghilangkan ciri khasnya untuk melahirkan karya baru, seperti film Posesif, yang akan tayang pada 26 Oktober mendatang.

"Saya pribadi kerjain semaksimal mungkin. Tidak ada sama sekali yang dikorbankan atau film yang satu lebih idealis daripada film yang lain," kata Edwin seusai press screening film terbarunya, Posesif, di XXI Senayan City Mall, Jakarta Pusat, Kamis, 12 Oktober 2017.

Edwin berujar mengikuti proses pembuatan film pada umumnya, mulai bertukar pikiran ihwal ide, penulisan naskah, hingga syuting dimulai. Ia pun percaya mengeksplorasi hal baru dapat dilakukan dengan menyepakatinya bersama-sama. Pendapat orang lain pun tak perlu dihindari, justru lebih baik didengar dan dihargai.

"Misalnya, naratif seperti ini ada rumusnya, tapi rumusnya ini kan bisa dieksplorasi, sehingga bisa disepakati sentuhan artistik atau sensitivitasnya. Saya percaya sekali manusia punya perasaan yang bisa kita obrolin," ucap Edwin.

Edwin mengaku cenderung gemar mengeksplorasi cerita yang dekat dengan kehidupan manusia. Karena itu, ia banyak memproduksi film bergenre drama. Salah satunya Posesif.

Sebelumnya, Edwin mayoritas menciptakan film pendek yang diputar di berbagai festival film internasional. Sebut saja Kara, Anak Sebatang Pohon, Dajang Soembi, dan Perempoean yang Dikawini Andjing. Sedangkan untuk film panjang ada Babi Buta yang Ingin Terbang (2008), Kebun Binatang atau Postcards from the Zoo (2012), dan Posesif (2017).

Edwin pun mengatakan setiap karya yang dia hasilkan tidak harus menjadi film komersial. Ia tak membedakan perlakuannya saat membuat film komersial atau tidak komersial.

"Film komersial itu relatif sebenarnya, tinggal masalah jumlah pendapatannya saja. Saya tidak tahu juga komersial itu seperti apa dan apa rumusnya," tuturnya. Perbedaan film terdahulunya dengan Posesif ada pada durasi dan cara mempromosikannya. "Posesif jelas sangat promosinya beda dengan (film) sebelum-sebelumnya," ucap Edwin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lani Diana

Lani Diana

Menjadi wartawan Tempo sejak 2017 dan meliput isu perkotaan hingga kriminalitas. Alumni Universitas Multimedia Nusantara (UMN) bidang jurnalistik. Mengikuti program Executive Leadership Program yang diselenggarakan Asian American Journalists Association (AAJA) Asia pada 2023.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus