Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Para pedagang kaki lima (PKL) yang menempati lahan Teras Malioboro 2 menggelar aksi di halaman Kantor Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kepatihan, Yogyakarta, Jumat sore, 3 Agustus 2024. Aksi ini dilatari kekecewaan mereka yang tak kunjung mendapatkan jawaban pasti dari Pemerintah DI Yogyakarta soal keterlibatan mereka dalam rencana relokasi yang akan dilakukan 2025 mendatang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam aksi yang digelar sore hingga jelang magrib itu, pedagang membawa replika keranda mayat bertulis "Kesejahteraan PKL Malioboro". Mereka mengaku kecewa, baru dua tahun atau 2022 lalu direlokasi dan masih menata diri, kemudian harus kembali direlokasi dan tak diberi kesempatan bersuara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami berharap dengan datang ke sini (Kantor Gubernur DIY) bisa dilibatkan dalam pembahasan relokasi," kata Ketua Koperasi Tri Dharma, paguyuban para PKL Malioboro, Arif Usman, Jumat.
Pembahasan rencana relokasi, ujar Usman, penting agar pedagang tahu tantangan apa yang musti dihadapi di lokasi baru, tidak seperti relokasi tahap pertama yang dampaknya dinilai justru menyengsarakan pedagang selama dua tahun terakhir.
"Pedagang ini manusia, bukan barang, yang nanti berjuang hidup di sana," kata dia. "Kalau kami tidak dilibatkan, tiba-tiba dalam relokasi itu kami diberi lapak seadanya, luas 60x60 (cm) itu kan tidak manusiawi."
Arif meminta pemerintah daerah bisa lebih jujur melihat situasi di lapangan. Saat relokasi tahap pertama atau 2022 lalu dilakukan dari trotoar ke Teras Malioboro yang ada di ujung utara Jalan Malioboro.
Omzet menurun saat pindah 2022
Meski berada persis di pinggir Jalan Malioboro yang setiap hari ramai wisatawan, ternyata di dalam area yang lokasinya menjorok ke dalam itu tak membuat wisatawan mau masuk dan berbelanja. Omzet pedagang pun anjlok drastis selama dua tahun ini dan tak ada intervensi atau bantuan fasilitas dinas terkait.
"Janjinya dulu (pemerintah) akan ada evaluasi (situasi di Teras Malioboro 2), tapi tidak pernah ada," kata dia.
Di tengah situasi demikian, pedagang kembali menerima kabar akan ada rencana relokasi jilid 2 untuk 800-an pedagang yang menempati Teras Malioboro 2. Mereka akan dipindahkan ke dua lokasi yakni Kampung Beskalan dan Ketandan, yang masih sam-sama di ruas Jalan Malioboro bagian tengah, namun lokasinya lebih menjorok lagi ke dalam kampung.
Lahan Teras Malioboro 2, disiapkan Pemda DIY untuk membangun proyek baru sejenis museum modern bernama Jogja Planning Gallery atau JPG yang didesain megah.
Hal itu akhirnya memicu protes pedagang Teras Malioboro 2 dan belakangan menggelar aksi. Termasuk kembali berjualan di trotoar atau selasar Jalan Malioboro yang jelas jelas telah dilarang dan disterilkan.
PKL Kecewa
Dalam aksi di halaman Kantor Gubernur DIY itu, para pedagang pun kecewa karena tak ditemui Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X atau pejabat terkait. Di balik pintu gerbang yang tertutup, pedagang hanya ditemui perwakilan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) yang menjaga kompleks itu.
"Kami pertimbangkan aksi-aksi lanjutan karena (rencana relokasi) ini adalah soal perut, selama dua tahun di Teras Malioboro 2 kami tidak diperhatikan sama sekali," kata Arif.
Arif menambahkan selain menggelar aksi ke jalan, pedagang juga melaporkan kasus relokasi ini kepada Ombudsman Republik Indonesia (ORI). Pihaknya menduga ada tindakan mal-administrasi dalam proses itu.
Dalam aksi itu, para pedagan juga menyerukan akan kembali berdagang di trotoar atau selasar Malioboro seperti yang pernah dilakukan pada Juli 2024 lalu hingga memicu konflik dengan petugas. Kejadian itu membuat gerbang Teras Malioboro 2 ditutup agar pedagang tak lagi berjualan ke selasar.
"Kalau gerbang tidak dibuka, mending jualan di selasar saja," ujar salah satu pedagang saat berorasi.
Pemda akan Gelar Audiensi
Sekretaris Daerah DIY Beny Suharsono menuturkan, pemerintah DIY akan menyiapkan forum dan telah mencatat semua tuntutan pedagang terkait aksi itu.
"Semuanya akan dikomunikasikan, nanti kami menggelar audiensi dengan pedagang," kata dia.
Beny menuturkan, setiap kebijakan relokasi tentu membutuhkan proses terutama lokasi agar siap menampung para pedagang.
"Kalau lokasinya belum siap kan juga belum akan direlokasi," kata dia.
Saat ini, rencana mempersiapkan lokasi baru bagi para pedagang kaki lima Teras Malioboro Yogyakarta itu terjadwal selesai tahun 2024 ini.