Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Gunung Merapi menjadi hulu berbagai aliran sungai yang menjadi sumber air masyarakat sekitar sekaligus destinasi wisata. Ada empat sungai yang berhulu ke Gunung Merapi dan mengelilingi empat kabupaten, yakni Kabupaten Sleman, Yogyakarta; Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Masyarakat memanfaatkan keindahan alam di sungai-sungai tersebut sebagai destinasi wisata. Mereka membuat berbagai wahana untuk menarik wisatawan. Di Kali Boyong, Kabupaten Sleman, misalkan, terdapat gardu pandang, jembatan gantung, lava tour, hingga area outbond.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada juga Kali Kuning dengan pemandangan bernuansa kaki pegunungan, seperti Kali Kuning Park, Plunyon Kali Kuning, dan Bukit Kali Kuning yang memiliki mata air yang mengalir ke beberapa kecamatan di Kabupaten Sleman. Namun saat ini wisatawan belum bisa menikmati berbagai keindahan itu. Bukan hanya karena Covid-19, melainkan kondisi Gunung Merapi yang sedang bergejolak.
Kepala Balai Penyelidikan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi atau BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida mengatakan saat ini aktivitas vulkanik Gunung Merapi cukup tinggi. "Ada dua pusat erupsi Gunung Merapi saat ini yang berasal dari kubah lava bagian barat daya dan kubah lava bagian tengah," kata Hanik pada Jumat, 13 Agustus 2021.Hawa sejuk dan rindangnya pepohonan, menemani perjalanan susur sungai di Dusun Pancoh, Sleman, yang berada di kaki Gunung Merapi ini. TEMPO/Dini Pramita
Volume kubah lava bagian barat daya Gunung Merapi terus tumbuh menjadi 1,83 juta meter kubik dengan laju 13 meter kubik per hari. Sedangkan volume kubah bagian tengah berkembang sebesar 2,81 juta meter kubik dengan laju pertumbuhan 18 ribu meter kubik per hari. "Berdasarkan pemodelan, jika kubah lava barat daya mencapai volume tiga juta meter kubik, maka ada ancaman lonsor dan awan panas yang mengarah ke sungai Bebeng, Boyong, Krasak, dan Putih sejauh lima kilometer," kata Hanik.
Ada pula ancaman karena volume kubah lava yang di bagian tengah Merapi. Hanik melanjutkan, hanya dengan volume sebesar satu juta meter kubik, maka kubah lava di bagian tengah suatu saat akan longsor dan memicu awan panas sejauh lima kilometer. Sebab itu, BPPTKG mengingatkan agar masyarakat tak beraktivitas di sungai-sungai yang berhulu ke Gunung Merapi dan melarang aktivitas wisata yang masuk radius berbahaya dari puncak.
BPPTKG Yogyakarta mencatat, sepanjang proses erupsi dari Januari hingga Agustus 2021, Gunung Merapi sudah memuntahkan ratusan kali awan panas. "Total awan panas Gunung Merapi sejak 1 Januari hingga 12 Agustus 2021 sebanyak 373 kali ke arah barat daya dan sebagian ke tenggara," kata Hanik.
Awan panas terbesar erupsi kali ini terjadi pada 27 Januari 2021 ke arah sungai Boyong (barat daya) dengan jangkauan 3,5 kilometer. Sedangkan awan panas terbesar ke arah Sungai Gendol (tenggara) yang terbesar terjadi pada 25 Juni 2021 lalu dengan jangkauan tiga kilometer. Hanik menjelaskan, belum ada tanda-tanda penurunan aktivitas erupsi Gunung Merapi sejak statusnya naik dari Waspada menjadi Siaga pada 5 November 2020.
Hanik juga menyampaikan gejala baru dari aktivitas Gunung Merapi selama sebulan terakhir. Terjadi pergeseran arah guguran kubah dari barat daya yang semula menyasar hulu Kali Boyong, menjadi ke arah Kali Bebeng. "Jadi, potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas ke arah tenggara dan barat daya sejauh maksimal tiga kilometer," kata Hanik. Arah itu benuju Sungai Gendol, Kali Kuning, Kali Boyong, Sungai Bedog, Kali Krasak, Kali Bebeng, dan Kali Putih.