Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Budayawan dan penyair K.H. Ahmad Mustofa Bisri atau yang kerap disapa Gus Mus hadir sebagai penampil utama dalam Gelar Sastra Jawa 2023. Acara yang menjadi ajang pujangga daerah untuk bersilaturahmi itu digelar di Gedung Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) Solo pada Selasa malam, 31 Oktober 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelum membacakan puisi-puisinya, Gus Mus mengajak seluruh penonton untuk ikut mendoakan Palestina yang sedang berjuang melawan konflik. Ia meminta agar para hadirin yang beragama Islam turut membaca Alfatihah untuk saudara di Palestina yang tengah dilanda musibah kejahatan kemanusiaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Sebelum saya membaca sajak-sajak, kepada saudaraku yang beragama Islam, saya minta keihlasan hati untuk membaca fatihah. Seraya mohon kepada Allah subhanahu wata’ala, untuk merahmati Palestina dan rakyat Palestina, untuk merahmati Indonesia dan bangsa Indonesia, Al-fatihah," ujar Gus Mus membuka penampilan puisinya saat berada di podium.
Gus Mus Awali dengan Puisi "Zaman Kemajuan"
Pengasuh Ponpes Raudlatut Thalibin (Taman Pelajar Islam), Leteh, Rembang itu mengawali penampilannya dengan membaca puisi yang berjudul Zaman Kemajuan. "Dulu pada jaman Orde Baru, saya pernah membaca puisi ini yang berakibat ketua panitianya diamankan oleh pihak berwenang. Saya baca puisinya. Inilah zaman kemajuan, ada sirup rasa jeruk dan durian, ada keripik rasa keju dan ikan, ada republik rasa kerajaan,” tutur Gus Mus membacakan puisinya.
Gus Mus Bacakan Puisi dari Berbagai Zaman
Usai membawakan puisi yang menyinggung soal 'Republik Rasa Kerajaan,' Gus Mus mengundang gelak tawa penonton dengan pembawaannya yang santai. Penampilannya diselingi pengantar yang menggelitik untuk mencairkan suasana semakin akrab.
Puisi-puisi yang dibacakan oleh sastrawan itu meliputi puisi yang ditulisnya dari berbagai zaman, mulai dari masa muda, masa represi, hingga puisi yang paling akhir ditulis.
Dalam acara yang bertajuk Silaturahmi Indonesia malam itu, Gus Mus juga berjanji hanya membawakan puisi cinta saja. Ia mengaku ingin tampil dengan membawakan karya yang lebih santai agar lebih menarik untuk para penonton. Puisi cinta pertamanya berjudul Bila Kutitipkan.
Setelah itu, Gus Mus mulai membacakan sekitar 4 puisi lainnya dengan genre berbeda, di antaranya yaitu, Puisi Islam, Anonim, Sajak Cinta, dan Senyum Subuh. Penampilannya ditutup oleh tepuk tangan meriah dari penonton yang terpukau dengan puisi-puisi karya Gus Mus.
INTAN SETIAWANTY