Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menjelang Imlek tiap tahun nelayan di Batam, Kepulauan Riau mengumpulkan lebih banyak ikan dingkis. "Ikan dingkis perairan Batam diminati warga Singapura," kata Kepala Dinas Perikanan Kota Batam Yudi Admajiyanto, dikutip dari Antara, Selasa, 28 Januari 2025. Ikan dingkis yang menjadi bahan makanan utama masyarakat Tionghoa di pesisir Selat Malaka
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Yudi Admajiyanto menjelaskan, ikan yang akan diekspor ke Singapura harus ditangkap secara tradisional karena tidak boleh cacat dan harus memiliki warna sesuai yang diinginkan.
Apa Itu Ikan Dingkis?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari Dinas Perikanan Batam, ikan dingkis adalah sebutan orang-orang Kepulauan Riau untuk ikan baronang. Ikan ini sering menjadi incaran saat Imlek. Dalam bahasa Mandarin disebut yu atau yoo yang jika diucapkan terdengar mirip dengan kata keberuntungan. Warga Tionghoa khususnya di kawasan Batam dan Singapura menjadikan ikan dingkis bertelur sebagai hidangan khas Imlek.
Menjelang perayaan Imlek 2025 harga pasaran ikan dingkis melonjak dari biasanya Rp40 ribu hingga Rp50 ribu per-kilogram. Bahkan, ikan yang berisi telur dan ukurannya lebih besar bisa dihargai hingga Rp300 ribu per-kilogram.
Tingginya permintaan ini tidak lepas dari tradisi warga keturunan Cina yang menyajikan ikan dingkis dengan cara dimasak kukus maupun panggang. Pada momentum Imlek, permintaan ikan dingkis dari Batam dan Singapura sangat tinggi, maka para pengepul ikan segera mencari hasil tangkapan para nelayan.
Ikan dingkis memiliki nilai ekonomi yang signifikan bagi nelayan lokal. Perayaan Imlek sekali dalam setahun menjadi kesempatan bagi para nelayan untuk mencari lebih banyak ikan dingkis. Dalam satu hari, nelayan bisa mengumpulkan belasan hingga puluhan kilogram ikan dingkis.
Pilihan Editor: Wisata Imlek: 5 Kawasan Pecinan di Jakarta dan Bogor