Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pagi itu, di alun-alun Kebumen, saat upacara ulang tahun Kebumen yang ke-390 pada 21 Agustus, Bupati kebumen KH Yazid Mahfud tampak gagah. Ia memakai baju sorjan, namun memiliki warna yang unik: beskap dengan garis-garis vertikal berwarna coklat kehijauan dan krem. Ia mengenakan meretan (penutup kepala) berwarna bata. Di dadanya terdapat rantai keemasan dengan simbol yang unik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penampilan gagah Bupati itu, diikuti aparaturnya: gagah dan berwibawa. Seperti nuansa upacara keraton namun ceria, “Baju adat ini diambil dari filosofi dan akar budaya masyarakat Kebumen sejak dulu kala,” kata Yazid. Penggunaan dan standar modelnya, diatur diatur dalam Peraturan Bupati Kebumen Nomor 35 Tahun 2017 tentang Pakaian Adat Khas Kebumen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Pakaian adat Kebumen dipakai oleh seluruh Aparatur Sipil Negara di lingkungan Pemkab Kebumen, khusus untuk hari ulang tahun Kebumen atau kegiatan lain sesuai dengan instruksi.” Imbuh Yazid. Baju adat Kebumen untuk pria dan wanita itu memang melalui proses diskusi dan riset yang panjang, hingga diundangkan sebagai peraturan bupati pada 14 Agustus 2017 silam.
Lantas apa yang membedakan dengan baju adat Jawa Mataraman lainnya? Busana adat Kebumen merujuk pada peraturan tersebut, memang dipengaruhi oleh budaya Mataram, Yogyakarta, namun memiliki kekhasan tersendiri. Kehidupan warga Kebumen yang agraris tercermin dalam baju adat itu.
“Potensi pertanian kami gambarkan dengan motif sekar jagad, Ki Bumi atau Kebumen dilambangkan dengan warna beskap cokelat tanah kehijauan,” ujar Yazid. Sementara hasil bumi Kebumen semisal kelapa, kopra dan gula muncul dalam warna stagen hitam bagi wanita dan sabuk kopel bagi pria.
Baju adat Kebumen mencerminkan semangat kesetaraan atau egaliter, yang tak membedakan strata dan status sosial, “Baju ini menunjukkan produktivitas atau makarya yang fleksibel, dinamis dan santun," imbuh Bupati Kebumen untuk masa jabatan 2019-2024.
Bila diperhatikan dengan seksama, busana untuk pria terdiri atas surjan lengan panjang dengan kerah berdiri bermotif lurik kecil cokelat tanah kehijauan. Sementara celananya seperti celana komprang petani berwarna hitam dengan lancingan bebed panjen kain batik Kebumen, bermotif jagatan berlatar putih.
Untuk penutup kepala (meretan) dengan warna dasar merah kecoklatan dibingkai batik motif modang. Terdapat motif lawet berwarna hitam yang merupakan ikon Kebumen di setiap ujungnya, dengan gambar lebih besar pada ujung segitiga dan cucuk atau paruh lawet menghadap ke depan. Alas kaki yang digunakan berupa sandal karet warna hitam yang merupakan sandal khas dari Kebumen, “Bila bersepatu pantofel warna hitam dengan kaos kaki hitam,” imbuh Yazid.
ASN di lingkungan Kabupaten Kebumen diwajibkan memakai baju adat, selain melestarikan budaya, baju adat tersebut menghidupkan kembali kerajinan baju lurik. Foto: Istimewa
Sementara untuk wanita, berupa kebaya Kartini lengan panjang warna cokelat kehijauan. Bawahannya, sebagaimana milik pria, berupa kain batik Kebumen motif jagatan berlatar putih dengan wiron Mataraman. Untuk alas kaki yang dikenakan berupa sandal selop terbuka warna hitam. Rambut disanggul, dan bagi yang berhijab mengenakan kerudung warna krem.
Menurut Yazid, selain dikenakan saat hari ulang tahun Kebumen, pakaian adat ini juga dikenakan setiap tanggal 21 setiap bulan, “Baju ini menghidupkan kembali kerajinan lurik di Kebumen yang hamper hilang,” ujarnya.
Dengan baju adat ini, Kebumen memiliki ciri khas daerahnya. Dan bisa digunakan untuk berbagai event untuk memperkenalkan kabupaten yang tak jauh dari Yogyakarta itu. Selain itu, pariwisata Kebumen memperoleh ikon baru, selain Geopark Karangsambung-Karangbolong.