Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Jejak Perjuangan Bung Hatta dan Sutan Sjahrir di Pulau Banda

Pulau Banda yang terletak di Provinsi Maluku menjadi tempat pembuangan Bung Hatta dan Sutan Sjahrir yang diasingkan selama 6 tahun.

15 Agustus 2021 | 12.25 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Putri Mohammad Hatta, Meutia Hatta saat mengunjungi rumah tempat pengasingan Bung Hatta, di Banda Naira (14/10). Kedatangan mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan ini adalah untuk menghadiri acara wisuda Sekolah Tinggi Ilmu Perikanan Hatta-Sjahrir di pulau ini. TEMPO/Ayu Ambong

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Banda Neira merupakan salah satu dari sepuluh pulau vulkanik yang terletak di Kepulauan Banda, Provinsi Maluku. Melansir dari Kemenparekraf.go.id, Banda Neira pernah menjadi daerah penghasil pala rempah satu-satunya di dunia. Di pulau ini terdapat rumah Pengasingan Bung Hatta dan Sutan Sjahrir pada tahun 1936 hingga tahun 1942.
 
Dikutip dari Cagarbudaya.kemendikbud.go.id, Bung Hatta dan Sutan Sjahrir tiba di Banda pada 11 Februari 1936 dan tinggal untuk sementara waktu di rumah Mr. Iwa Koesoemasoemantri. Satu minggu kemudian, Bung Hatta dan Sjahrir pindah ke rumah yang mereka sewa melalui seorang tuan tanah seharga f.12,50 ($ 5,00) perbulan. Rumah pengasingan tersebut berbatasan langsung dengan penjara di bagian timur. Kebutuhan pokok mereka di sana dipenuhi oleh sipir penjara Belanda yang memang bertugas di sana. Rumah tersebut hanya dibatasi oleh sebuah jalan sempit dari rumah sakit yang terletak tidak jauh dari rumah dan Kompleks Istana Mini-Tim. Mereka tinggal bersama sampai beberapa bulan hingga Sjahrir memutuskan untuk pindah.
 
Bung Hatta tinggal di rumah pengasingan selama 6 tahun. Bung Hatta juga memulai sekolah sore di mana ia mengajar anak-anak di sana. Rumah ini masih dilengkapi peralatan yang dipakai Bung Hatta untuk mengajar kala itu. Terdapat meja tua lengkap dengan mesin ketik antik di ruang kerja Bung Hatta. Di ruangan itu juga Hatta biasa membaca majalah atau mengetik artikel sembari minum kopi tubruk. Ia mengirim tulisannya ke beberapa media di Jawa atau Belanda. Majalah Sin Tit Po merupakan salah satu media yang cukup sering memuat tulisan Hatta saat itu.
 
Di sisi lain, rumah yang ditinggali Sutan Sjahrir menyimpan banyak kenangan berupa foto-foto dan mesin ketik antik Underwood peninggalan Bung Syahrir. Di sana juga ada gramofon kuno lengkap dengan piringan hitam berlabel Daphnis dan Chloe Suite Symphonique buatan Columbia. Ada lemari kayu juga di kamarnya serta sejumlah buku catatan di dalamnya, alat tulis, pakaian, dan surat pengangkatan sebagai perdana menteri oleh Presiden Sukarno. 
 
Pada 1944, rumah pengasingan Bung Hatta dibom sekutu hingga hancur. Rumah tersebut kemudian dibangun kembali seperti saat ini dan menjadi salah satu destinasi wisaya di Pulau Banda.
 
VALMAI ALZENA KARLA 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus