Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seleb

Jenazah Selebgram Laura Anna Dikremasi: Begini Seluk Beluk Kremasi

Belum diketahui pasti penyebab meninggalnya Laura Anna, namun diketahui ia tengah berjuang melawan penyakit spinal cord injury.

19 Desember 2021 | 06.19 WIB

Proses pelarungan abu jenazah Laura Anna di Ancol pada Jumat, 17 Desember 2021. Foto: Instagram Story @aanstory.
Perbesar
Proses pelarungan abu jenazah Laura Anna di Ancol pada Jumat, 17 Desember 2021. Foto: Instagram Story @aanstory.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta -Selebgram Edelenyl Laura Anna telah menghembuskan nafas terakhirnya pada 15 Desember 2021.

Belum diketahui pasti penyebab meninggalnya Laura Anna, namun diketahui ia  tengah berjuang melawan penyakit spinal cord injury akibat kecelakaan yang menimpanya bersama Gaga Muhammad pada 2019 silam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Sebelum meninggal Laura menginginkan jasadnya untuk dikremasi. “Soal itu, Laura suka dark jokes juga, kalau keinginan kremasi itu sudah lama. Dia bilang takut di kuburan sendirian,” kata Greta Irene kakak Laura.

Selebgram yang memiliki nama lengkap Edelenyi Laura Anna ini sebelum meninggal dunia, tengah menghadapi kasus kecelakaan mobil bersama Gaga Muhammad. FOTO/Instagram

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Jasad Laura dikremasi di krematorium Grand Heaven, Pluit, Jakarta Utara, Kamis, 16 Desember 2021.

Proses kremasi yang berlangsung sekitar 4 jam itu menghasilkan dua jenis abu, yaitu abu inti dan abu larung.

Lalu, apa itu kremasi? Dan sejarah awalnya?

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI),kremasi  adalah pembakaran mayat sehingga menjadi abu; pengabuan.

Berdasarkan bahasa, kata kremasi diambil dari bahasa Inggris yaitu ”cremate”.

Kata ini berasal dari bahasa Latin “cremare” pada akhir abad ke-19 yang berarti bakar. 

Setelah dirangkum dari berbagai sumber, kremasi merupakan penguburan alternative dengan cara membakar jenazah menggunakan panas yang hebat untuk mengubah jasad menjadi abu.

Sejarah

Praktek kremasi diperkenalkan oleh orang-orang Yunani pada awal tahun 1000 Sebelum Masehi.  Kremasi menjadi bagian integral dari kebiasaan penguburan Yunani yang rumit. 

 Mereka tampaknya telah mengadopsi kremasi dari beberapa orang utara sebagai keharusan perang, untuk memastikan tentara yang terbunuh di wilayah asing pemakaman tanah air yang dihadiri oleh keluarga dan sesama warga negara.  Mayat dibakar di medan perang, kemudian abu dikumpulkan dan dikirim ke tanah air untuk dimakamkan secara seremonial.

Kemudian, orang-orang Romawi mengikuti mode Yunani dan Trojan dalam mengkremasi pahlawan militer mereka.  Namun, sekitar tahun 100 Masehi, kremasi di Kekaisaran Romawi dihentikan, karena penyebaran agama Kristen. 

Meskipun kremasi tidak secara eksplisit tabu di antara orang Kristen, karena kepercayaan akan bangkitnya manusia di hari kiamat.

Namun, orang-orang Skandinavia pagan menyukai kremasi, mereka percaya bahwa itu membantu membebaskan roh dari daging. Selain itu, agar tidak membuat orang mati menyakiti yang hidup. 

Selanjutnya: Praktik-praktik pagan ini sejajar dengan kremasi...


Praktik-praktik pagan ini sejajar dengan kremasi epik Yunani dan Romawi. 

Setelah konversi Islandia ke Kristen pada tahun 1000 Masehi. Kremasi jarang terjadi di Eropa Barat sampai abad ke-19, kecuali dalam keadaan darurat. Selama pecahnya Black Death pada tahun 1656, 60.000 korban dibakar di Naples selama satu minggu.

Kremasi modern

Kremasi dengan cara modern sangat berbeda. Pembakaran jenazah secara terbuka tidak digunakan, sebaliknya, tubuh ditempatkan di ruangan tertutup di mana terdapat panas yang hebat yang mengubahnya dalam satu atau dua jam hingga menjadi abu putih.

Keluarga jenazah dapat menyebarnya di taman atau tempat pilihan lainnya, atau ditempatkan di guci dan disimpan di rumah, atau dibawa ke pemakaman  atau juga disebut columbarium

Kebangkitan minat dalam kremasi di Eropa dan Amerika Serikat dimulai pada tahun 1874, ketika ahli bedah Ratu Victoria, Sir Henry Thompson, menerbitkan bukunya yang berpengaruh Cremation: The Treatment of the Body After Death. 

Dia juga mengorganisir Cremation Society of England bekerja sama dengan Anthony Trollope, Sir John Tenniel,adipati Bedford dan Westminster, dan kritikus mengartikulasikan lainnya dari praktik penguburan. 

Meskipun baru pada tahun 1884 pengadilan Inggris pertama kali memutuskan kremasi sebagai prosedur hukum,ia memenangkan dukungan langsung di kedua sisi Atlantik.   

WILDA HASANAH
Baca juga : Dua Selebgram Luar Bernama Sama Laura Anna Kewalahan Diserbu Ungkapan Duka Cita

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus