Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Palembang - Sebuah kapal terpajang di bibir kanal Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya di Karang Anyar, Palembang, panjangnya 17 meter dengan lebar 2 meter. Di buritan kapal itu, ada tempat berteduh beratap genting, dan berdinding papan bercat hijau, juga dilengkapi beberapa jendela kecil di sisi kiri, kanan mau pun belakang. Di tengah kapal, ada tiga layar berkembang. Pada luar papan kapal bercat kuning, putih, hitam dengan lis merah terlihat ada bagian-bagian sudah lapukan. Sedepah di depan papan warna-warni itu, ada tiga kata tegak terbuat dari stainless, tertulis: Kapal Cheng Ho.
Baca juga: Jejak Cheng Ho di Museum Shanghai
Namun, kapal itu bukanlah sisa-sisa atau salah satu bagian dari 62 kapal besar yang berisi 27.800 awak kapal dipimpin Cheng Ho ketika dia melakukan perjalanan pertama yang melintasi beberapa daerah Nusantara saat itu, termasuk Palembang.
“Sekali lintas, replika kapal itu mirip Perahu Kajang Khas Sumatera Selatan,” kata Sejarawan Sumatera Selatan, Farida Wargadalam, Selasa 5 Februari 2019.
Artinya, lanjut dia, replika itu tak mirip dengan Kapal Cheng Ho yang tersohor itu. “Namanya replika harusnya mirip, sebab kalau beda, nanti akan mengubah sejarah,” lanjut dia.
Kapal replika itu dibuat Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, tujuannya untuk mengenang kedatangan Cheng Ho yang pernah 4 kali singgah ke Palembang dengan berbagai keperluan, yakni menyebarkan pengaruh kekaisaran Tiongkok ke Bumi Sriwijaya, juga mengemban tugas negara dari Dinasti Ming, dengan Kaisar Yonle untuk memburu musuh negara, yang sebagian lari hingga ke Palembang dan menjadi bajak laut. Saat tugas itu, rombongan Cheng Ho membawa 62 kapal besar bersama 27.800 orang pasukan.
“Namun untuk menarik wisata ke Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya patut diancungin jempol, sayangnya tidak sesuai data penelitian dan sejarah,” tutur sejarawan Universitas Sriwijaya itu.
Farida juga menjelaskan, Cheng Ho melakukan perjalanan ke Nusantara sebanyak 7 kali, dia terkenal sebagai penghubung antara Kekaisaran China kuno dengan pelbagai kerajaan di wilayah laut China Selatan, antara tahun 1405-1433, dia berlayar ke Jawa 6 kali, Samudera Pasai 5 kali, Aceh 7 kali dan Palembang 4 kali.
“Cheng ho adalah orang Yunnan, dia dikenal sebagai Kasim Sanbao,” kata dia.
Kisah awal Cheng Ho, menurut Pemerhati Sosial Budaya Tionghoa di Palembang, Darwis Hidayat, yakni berawal ketika Cheng Ho bekerja di Istana Raja Yan, dan akhirnya dianggap berjasa oleh raja, lalu diangkat jabatannya menjadi Kasim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Raja Yan yang kemudian hari menjadi Kasiar Yonle, mencurigai orang dalam dari kekaisaran yang kabur ke luar negeri. Dia ingin melacaknya sekaligus memamerkan kekayaan dan kekuatan Cina, tepat tahun 1405, Kaisar Yongle, memerintahkan Cheng Ho bersama Wang Jinghong dan pasukan ke Samudera Barat.
Rombongan musuh yang diburu Cheng Ho itu yakni Cheng Zhuyi atau Chen Tsi Ji, pemberontak dari Tiongkok yang melarikan diri ketika terdesak pasukan pemerintah. Saat itu gerombolan perampok laut memang menjamur setelah Kerajaan Sriwijaya jatuh di bawah Kerajaan Majapahit, terutama di Perairan Sungsang Pantai Timur Sumatera dan Selat Bangka. “Atas dasar itulah Kaisar Tiongkok mengirim Laksamana Cheng Ho,” jelasnya.
Sedangkan menurut Pakar Cheng Ho asal Singapura Tan Ta Sen, kata Darwis, di Bumi Sriwijaya, sebelumnya sudah banyak orang Tionghoa ke Palembang, yakni Liang Daoming yang dianggap pemimpin perantauan Tionghoa, Shi Jinqin sebagai pembantu utama pemimpin. Namun saat Liang Daoming kembali ke Tiongkok menghadap Kaisar Zhu Di atau Kaisar Yongle, hingga Shi Jingqin pun menggantikannya.
Pada tahun 1407, ketika Cheng Ho akan pulang ke Tiongkok dari pelayaran pertamanya, dia sempat singgah ke Palembang. Ketika itu, rombongan Cheng Ho membawa armada kapal harta yang banyak dari upeti negara yang dikunjungi.
Kapal harta itu diketahui Cheng Zhuyi, gembong bajak laut yang malang melintang di Selat Malaka hingga perairan Palembang. Ketika Cheng Zhuyi datang ke kapal Cheng Ho, maka si laksamana besar membacakan maklumat kaisar agar Cheng Zhuyi menghentikan aksinya, hasilnya Cheng Zhuyi pun menyatakan tunduk. Tapi si perampok itu menyimpan niat jahat, dia pura-pura menyerahkan diri lalu berencana membunuh Cheng Ho. Sialnya rencana itu diketahui Shi Jingqin, dan Cheng Ho pun segera memasang perangkap.
“Buah peperangan itu, Cheng Zhuyi dan ribuan anggota kelompoknya kalah,” lanjut mantan Ketua Yayasan Wihara Dharmakirti itu. Dan Cheng Zhuyi pun dibawa ke Tiongkok untuk dihukum.
Sayangnya saat ini, duplikasi Kapal Cheng Ho di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya sepi dari pengunjung. Selain tak ada tour guide yang siap menjelaskan sejarah kapal itu, tak ada juga petanda yang berisi riwayat Cheng Ho di Palembang. Padahal untuk naik dan berfoto di kapal itu harus bayar Rp 3 ribu.
Baca juga:
Tak Hanya Pempek, Burger Ini pun Kini Jadi Favorit di Palembang
Akan Ada Kapal Wisata yang Nyaman Menuju Pulau Tikus Bengkulu
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini