Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Kebakaran Gunung Arjuna Hanguskan Lebih dari 5 Ribu Hektare Hutan dan Lahan

Total luasan kebakaran di Gunung Arjuna dan sekitarnya per hari ini mencapai 5.370 hektare dari sebelumnya seluas 4.403 hektare.

9 September 2023 | 21.43 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Gunung Arjuna dan Gunung Welirang atau pegunungan Arjuna-Welirang difoto pada 7 Juli 2019. TEMPO/Abdi Purmono.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Malang - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Gunung Arjuna dan sekitarnya sejak 26 Agustus hingga 8 September 2023 menghanguskan 5.370 hektare hutan dan lahan. Kebakaran berawal dari Desa Toyomerto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, lalu api menjalar ke kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Raden Soerjo hingga Pasuruan, Batu, dan Mojokerto. Mayoritas kebakaran terjadi di wilayah kerja Unit Pelaksana Teknis Tahura Raden Soerjo Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tahura Raden Soerjo adalah kawasan pelestarian alam seluas 27.868 hektare yang berada dalam gugusan kompleks pegunungan Arjuno-Welirang-Anjasmoro. Secara administratif, wilayah Tahura Raden Soerjo masuk ke dalam wilayah Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Jombang, dan Kota Batu. Dari seluruh wilayah kerja Tahura Raden Soerjo, dampak terparah kebakaran dialami wilayah Pasuruan dan paling kecil di Jombang. 

Pasuruan Terdampak Paling Luas di Karhutla Gunung Arjuna

“Total luasan kebakaran di Gunung Arjuna dan sekitarnya per hari ini mencapai 5.370 hektare dari sebelumnya seluas 4.403 hektare,” kata Jumadi, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur, kepada Tempo, Jumat, 8 September 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pasuruan jadi wilayah paling parah terdampak kebakaran dengan luasan mencapai 3 ribu hektare, Kota Batu 900-an hektare, Malang 800-an hektare, dan Mojokerto hampir 400 hektare. Sedangkan wilayah Jombang aman. 

Pemadaman api pada hari ini diintensifkan melalui udara dengan melakukan pengeboman air atau water bombing menggunakan dua helikopter Super Puma milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Kemarin, BNPB menambah satu unit helikopter pemadam kebakaran dari sebelumnya hanya satu unit.

Menurut Jumadi, penambahan helikopter lazim dilakukan BNPB saat terjadi kebakaran pada tahun-tahun sebelumnya. Penambahan helikopter sangat dibutuhkan mengingat luasan api dan kondisi medan yang ekstrem apabila hanya mengandalkan pemadaman secara manual lewat darat. Pemadaman lewat udara bisa mempercepat proses pemadaman. 

Hasilnya, jumlah titik api semakin berkurang. Bahkan, titik api di wilayah Kota Batu sudah hilang. Titik api tersisa sedikit di wilayah Mojokerto, seperti di Pacet, dan Prigen di Pasuruan. Total, jumlah titik api sudah menyusut 80 persen dari sebelumnya mencapai ratusan titik api yang tersebar di wilayah Malang, Pasuruan, Malang, Mojokerto, dan Batu. 

Empat Jalur Pendakian Ditutup

Akibatnya, empat jalur pendakian ke Gunung Arjuna ditutup sementara sejak 26 Agustus sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Empat jalur pendakian ini adalah jalur Tretes di Kecamatan Prigen dan jalur Tambaksari di Purwodadi, Kabupaten Pasuruan; jalur Sumberbrantas di Kota Batu, serta jalur Kebun Teh Wonosari di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. 

Kepala UPT Tahura Raden Soerjo Ahmad Wahyudi mengumumkan penutupan sementara seluruh kegitan wisata alam, mulai dari pendakian Gunung Arjuna-Welirang, Gunung Pundak, Bukit Watu Jengger, Bukit Semar, Bukit Cendono, dan Pemandian Air Panas Cangar. Pengumuman itu tertera dalam surat bernomor 522/1113/123.7.2/2023 Tanggal 4 September 2023 tentang Penutupan Sementara Aktivitas di Kawasan Tahura Raden Soerjo.

Selanjutnya:  Pemadaman Karhutla dengan Pengeboman

Gunung Arjuna dan Gunung Welirang atau pegunungan Arjuna-Welirang difoto pada 7 Juli 2019. TEMPO/Abdi Purmono.

Pemadaman Karhutla dengan Pengeboman

Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Suharyanto mengatakan, penambahan helikopter bisa mempercepat pemadaman. BNPB membantu operasi pemadaman melalui udara. Sebelumnya, selama seminggu kebakaran, BNPB mengerahkan satu unit helikopter untuk melakuka water bombing.

“Hari ini (Jumat, 8 September 2023) kami tambah satu unit lagi dengan harapan dalam satu-dua hari ke depan kebakaran bisa kita atasi,” kata Suharyanto sehabis menghadiri rapat koordinasi di Posko Darurat Penanganan Karhutla Gunung Arjuna di Pendapa Kaliandra, Desa Dayurejo, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan. 

Sebetulnya, kata Suharyanto, pengeboman air merupakan upaya terakhir ketika kebakaran berada di tempat-tempat yang tidak bisa sepenuhnya diatasi lewat operasi darat. Selain itu, hal yang perlu diperkuat adalah penangangan darat dengan melibatkan personel yang tangguh, kuat, dan mempunyai peralatan lengkap. 

Secara umum, kondisi karhutla di Gunung Arjuna (3.339 meter di atas permukaan laut) sudah mulai terkendali. Memang api belum pada sepenuhnya, hanya tinggal sisa-sisa bara api. 

Penyebab Karhutla karena Ulah Manusia

Menurut dia, mayoritas penyebab karhutla di Indonesia akibat ulah manusia yang kurang disiplin, kurang tertib dan suka melanggar aturan. “Karena itu, di masa-masa El Nino seperti saat ini, kami mengimbau segenap masyarakat untuk waspada dengan kegiatan-kegiatan yang menggunakan api,” ujar Suharyanto. 

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur Adhy Karyono menambahkan, helikopter yang digunakan selama sepekan sejak 30 Agustus bertipe AS350B3-e dengan kapasitas seribu liter air. Helikopter ini sudah melakukan 105 kali sorti (penyiraman) atau setara dengan menyiramkan 105.000 liter air. 

“Dengan 105 kali sorti, ternyata titik kebakaran tinggal beberapa saja atau boleh dibilang tinggal sedikit. Tapi bukan berarti yang berasap akan padam, makanya ditambah satu unit heli pemadam berkapasitas lebih besar dari heli pertama sehingga diharapkan kebakaran bisa efektif dipadamkan dengan pembahasan lewat udara,” kata Adhi. 

Helikopter kedua yang dikerahkan adalah Super Puma tipe AS332C1/PK-DAN yang mampu mengangkut 4 ribu liter air. Helikopter ini didatangkan dari Bandung dan sudah berpengalaman memadamkan kebakaran hutan seperti di TPA Sarimukti, Bandung. 

Kondisi Angin Sulitkan Pemadaman

Total, ada sekitar 1.200 personel dari pelbagai kalangan yang dikerahkan untuk memadamkan api. Kendala yang dihadapi saat melakukan pengeboman air adalah kondisi cuaca berkabut hingga kepulan asap yang menyulitkan pandangan pilot untuk menjatuhkan air. Kendala serupa dialami tim pemadaman lewat darat, terlebih-lebih saat melihat titik api tersebar jauh di lereng gunung sehingga sulit dan bahkan mustahil dijangkau. 

“Kondisi angin juga berubah-ubah dan cenderung berembus ke atas sehingga loncatan bara bisa menimbulkan titik-titik api baru. Tempat pengambilan air juga cukup jauh dari Kaliandra,” ujar Adhy.

Selain menghanguskan vegetasi dan mengganggu satwa-satwa, kebakaran di gunung tertinggi kedua di Jawa Timur setelah Gunung Semeru itu juga mengancam kelestarian sumber air bagi masyarakat. Menurut Adhy, sedikitnya ada 25 Himpunan Masyarakat Pemakai Air Minum atau Hipam yang bergantung pada suplai air dari sumber yang rusak akibat kebakaran. 

“Kami mulai menghitung berapa banyak masyarakat yang kesulitan mendapatkan air akibat kebakaran untuk segera kami lakukan pengiriman, distribusi air, dan perbaikan pipa,” kata Adhy. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus