Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Klaten - Direktur Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sinergi, Desa Sidowayah, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Imron, hanya tersenyum saat mengetahui berita ihwal harga tiket Umbul Kemanten menjadi viral di media sosial. "Itu artinya Umbul Kemanten sudah jadi milik orang banyak, bukan cuma milik warga Desa Sidowayah," kata Imron saat ditemui Tempo pada Sabtu, 22 Desember 2018.
Diberitakan Tempo.co pada 13 Desember lalu, BUMDes Sinergi berencana menaikkan harga tiket masuk obyek wisata Umbul Kemanten dari Rp 6.000 menjadi Rp 100.000 per orang. Umbul Kemanten adalah pemandian dari mata air alami yang menjadi tempat favorit bagi para pecinta foto bawah air selain Umbul Ponggok di Desa Ponggok, Polanharjo, Klaten. Umbul Kemanten berjarak sekitar 4,5 kilometer di timur Umbul Ponggok.
Dalam berita tersebut, Imron menyatakan rencana kenaikan harga tiket itu bertujuan untuk menjadikan Umbul Kemanten sebagai kawasan khusus bagi wisatawan yang benar-benar ingin memanjakan diri di pemandian yang masih terjaga kelestariannya. Sepekan setelah berita itu terbit, potongan artikelnya diunggah oleh beberapa akun instagram yang menjadi rujukan warganet di Solo Raya dalam mencari beragam informasi.
Di akun @agendasolo, potongan artikel itu disukai 10.042 orang dan menuai 2.217 komentar. Mayoritas komentar warganet menyatakan keberatan terhadap rencana kenaikan harga tiket masuk Umbul Kemanten itu dengan bermacam alasan. Di akun @klatenkita, potongan artikel itu disukai 2.196 orang dan menuai 520 komentar.
Menanggapi viralnya berita itu, Imron mengatakan, rencana menaikkan harga tiket Umbul Kemanten berawal dari gagasan untuk memaksimalkan pelayanan kepada pengunjung di obyek wisata berdaya tampung terbatas itu. Perlu diketahui, Umbul Kemanten luasnya hanya sekitar 200 meter persegi dan berbatasan dengan tanah milik Desa Wunut serta sawah milik warga Sidowayah yang bertani padi dan cenil (selada air).
"Kami punya gagasan bagaimana kalau Umbul Kemanten tidak usah terlalu banyak pengunjung tapi hasilnya bisa maksimal. Dari situ kami pakai asumsi (harga tiket) per satu pengunjung Rp 100.000 dengan syarat beberapa fasilitas pendukungnya musti dipenuhi. Saya dan Pak Hapsoro (Kepala Desa Sidowayah) dalam sepekan bisa tiga kali ke Umbul Kemanten, ngobrol dengan pengunjung, mendengarkan masukan dari mereka," paparnya.
Imron berujar, akses utama menuju Umbul Kemanten dan warung-warung di sisi selatannya selama ini masih menggunakan tanah milik Desa Wunut. Berdasarkan perjanjian kerja sama antara Desa Wunut dan Sidowayah pada 2016, Desa Wunut berhak menerima 30 persen pendapatan dari Umbul Kemanten yang dikelola Desa Sidowayah.
Guna mengantisipasi jika Desa Wunut sewaktu-waktu hendak menggunakan lahannya yang berbatasan dengan Umbul Kemanten, BUMDes Sinergi musti menyiapkan akses jalan baru sekaligus bekerja sama dengan warga Sidowayah pemilik lahan sawah di timur Umbul Kemanten untuk penambahan sejumlah fasilitas pendukung.
"Dengan asumsi harga tiket Rp 100 ribu, nanti dibagi berapa persen untuk warga pemilik lahan, untuk BUMDes, dan untuk penambahan fasilitas seperti warung makan, tempat istirahat, dan lain-lain. Tapi berapa pastinya harga tiket masuk itu harus dihitung lagi," ujar Imron.
Kepala Desa Sidowayah, Hapsoro, mengatakan konsep pengembangan kawasan objek wisata Umbul Kemanten tetap mempertahankan keasrian alamnya. "Penambahan fasilitas itu bukan berarti arahnya modernisasi. Keasrian alami Umbul Kemanten tetap kami jaga agar pengunjung tetap merasa nyaman. Harga tiket Rp 100 ribu baru wacana, masih sangat bisa berubah jadi lebih murah," kata Hapsoro.
DINDA LEO LISTY
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini