Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Whitney Houston merupakan salah satu penyanyi legendaris yang lahir di Newark pada 9 Agustus 1963. Houston menjadi penyanyi hits yang berhasil meraih kejayaannya saat melakukan cover lagu I Will Always Love You. Kemampuannya dalam bernyanyi telah mengantarkannya mendapat 25 nominasi Grammy Awards. Namun, kejayaan Houston di dunia hiburan Hollywood berakhir saat sang bintang tersebut ditemukan tewas dalam usia 48 tahun di kamar hotel Beverly Hills pada Sabtu, 11 Februari 2012.
Kematian Whitney Houston mengejutkan seluruh dunia karena dinilai mendadak. Dilansir dari Reuters, Houston meninggal sehari sebelum Grammy Awards, hanya beberapa jam sebelum menghadiri pesta tahunan pra-Grammy yang diadakan oleh produser rekaman Clive Davis. Clive Davis merupakan sosok dibalik masuknya Houston ke dunia hiburan saat produser tersebut menemukan Houston di sebuah kelab malam pada awal tahun 1980-an.
Kematian Houston masih menimbulkan tanda tanya besar. Menurut CNN, petugas forensik daerah Los Angeles akhirnya menetapkan kematian Houston dikarenakan tenggelam secara tidak sengaja dengan efek penyakit jantung aterosklerosis dan penggunaan kokain sebagai faktor penyebab.
Saat ditemukan, Houston tenggelam dengan wajah menghadap ke bawah di bak berisi air yang sangat panas dengan kedalaman sekitar 12 inci menurut laporan otopsi akhir. Laporan pemeriksa mayat tidak menjelaskan secara detail terkait yang terjadi pada Houston.
Namun, Dr Drew Pinsky dari HLN, spesialis pengobatan kecanduan, mengungkapkan setelah memeriksa laporan otopsi bahwa Houston kemungkinan menderita kejang yang disebabkan penggunaan kokain yang dikombinasikan dengan penghentian konsumsi alkohol dan obat penenang yang diresepkannya.
Salah satu misteri dari kematian Houston adalah ditemukannya sebotol xanax, sejenis obat penenang dan botol bir kosong. Namun, kadar obat penenang dalam darah Houston dipastikan rendah dan tidak terdapat alkohol terdeteksi dalam tubuh penyanyi tersebut.
“Penurunan kadar xanax secara tiba-tiba, penurunan konsumsi alkohol, ditambah kokain, itu bisa memicu kejang,” ujar Pinsky. Pinsky melanjutkan, “Seseorang yang sekarang dalam posisi terbalik di bak mandi bisa dengan mudah kejang dan tenggelam.”
Namun, Henry Spiller, ahli toksikologi dan direktur Kentucky Regional Poison Control Center menjelaskan bahwa kadar Xanax dalam darah Houston tidak cukup rendah untuk memicu kejang.
Menurut Spiller, seseorang yang melakukan penyalahgunaan xanax dapat mengonsumsi hingga 20 pil sehari dan kadar dalam tubuh Houston mengindikasikan bahwa artis tersebut mengonsumsi empat hingga enam pil beberapa jam sebelum meninggal. Karena obat tersebut ditemukan dalam darah, maka kejang akibat penghentian penggunaan obat tidak dapat terjadi.
Berdasarkan hasil penyelidikan, tidak ditemukan tanda-tanda trauma dan tidak ada dugaan tidak kejahatan. “Tidak ada tanda-tanda trauma yang terlihat, dan tidak ada dugaan tindak kejahatan pada saat ini,” kata Ed Winter dari Kantor Kororer Los Angeles.
Tidak lama setelah kematiannya, tiga tahun kemudian sang anak semata wayangnya, Bobbi Kristina, ditemukan meninggal pada 26 Juli 2025 setelah mengalami koma enam bulan. Kematian sang putri diduga memiliki kemiripan dengan Houston. Penyebab utama Kristina meninggal diduga karena penyakit pneumonia dan ensefalopati.
Gezita Inova Rusyda berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Misteri Detik-detik Kematian Whitney Houston Terungkap di Film I Wanna Dance with Somebody
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini