Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Kisah Hachiko, Anjing Paling Populer di Jepang yang Mati 90 Tahun Lalu

Tak ada anjing sepopuler Hachiko di Jepang. Kisahnya begitu menyentuh, dan monumen patungnya terdapat du halaman Stasiun Shibuya.

8 Maret 2025 | 16.29 WIB

Anjing Hachiko. Wikipedia
Perbesar
Anjing Hachiko. Wikipedia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Hachiko merupakan anjing yang sangat populer di Jepang dan pada 2023 menandai ulang tahunnya yang ke-100 dirayakan besar-besaran. Anjing ini dikenang karena kesetiaannya yang luar biasa terhadap pemiliknya, Hidesaburo Ueno. Ia terus menunggu tuannya di sebuah stasiun kereta api di Jepang, meskipun sang majikan telah lama meninggal dunia.

Anjing yang berasal dari ras Akita ini menjadi simbol ikatan erat antara manusia dan anjing. Hachiko lahir pada 10 November 1923 di sebuah peternakan yang terletak di Odate, Prefektur Akita, Jepang. Setahun kemudian, ia diadopsi oleh Hidesaburo Ueno, seorang profesor yang mengajar di bidang pertanian di Universitas Kekaisaran Tokyo. Setelah diadopsi, Hachiko dibawa ke kediaman Ueno di daerah Shibuya, Tokyo.

Setiap hari, Ueno pergi bekerja dan selalu disambut oleh Hachiko di Stasiun Shibuya saat kembali. Kebiasaan ini berlangsung terus hingga 21 Mei 1925. Namun, pada hari itu, Profesor Ueno tidak pernah kembali karena ia mengalami pendarahan otak ketika sedang mengajar di kelas. Kepergiannya yang mendadak membuatnya tidak bisa lagi pulang ke rumah, tetapi Hachiko tetap setia menunggunya di stasiun tersebut.

Meski majikannya telah tiada, Hachiko tetap datang ke Stasiun Shibuya setiap sore selama kurang lebih sembilan tahun. Ia setia menunggu tuannya dengan penuh harapan. Anjing ini menjadi bukti nyata kesetiaan tanpa syarat yang ditunjukkan oleh seekor hewan terhadap pemiliknya.

Sebagai bagian dari ras Akita, Hachiko berasal dari wilayah pegunungan utara Jepang. Cerita tentang kesetiaannya dimulai sejak ia diadopsi pada 1924 oleh Profesor Ueno. Sang profesor sangat mencintai dan merawat Hachiko dengan penuh kasih sayang. Hubungan di antara mereka semakin erat seiring berjalannya waktu.

Hachiko memiliki kebiasaan menunggu tuannya di Stasiun Shibuya setiap sore. Profesor Ueno setiap hari pergi ke stasiun tersebut untuk menaiki kereta menuju tempatnya bekerja. Namun, kebiasaan ini harus berakhir karena Profesor Ueno meninggal dunia pada Mei 1925 akibat pendarahan otak saat sedang memberikan kuliah.

Tanpa mengetahui bahwa tuannya telah tiada, Hachiko terus datang ke stasiun setiap hari, berharap bisa bertemu kembali dengan Ueno. Ia tetap menunggu selama hampir satu dekade, tepatnya sembilan tahun, sembilan bulan, dan lima belas hari.

Pada awalnya, banyak orang yang mengira bahwa Hachiko hanyalah seekor anjing liar yang berkeliaran di sekitar stasiun. Namun, lama-kelamaan, para penumpang dan pedagang yang sering berada di sana menyadari bahwa anjing ini sedang menunggu tuannya yang tak kunjung datang. Karena terharu dengan kesetiaannya, mereka mulai memberikan makanan dan merawatnya.

Pada pagi hari tanggal 8 Maret 1935, Hachiko ditemukan telah meninggal di usia sebelas tahun. Penyebab kematiannya diketahui sebagai kanker dan infeksi filaria. Sebagai penghormatan atas kesetiaannya, Hachiko dimakamkan di samping makam tuannya, Profesor Ueno, di Pemakaman Aoyama, Minato, Tokyo. Kisahnya terus hidup dalam hati banyak orang sebagai simbol cinta dan kesetiaan sejati.

Naomy A. Nugraheni berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Pilihan Editor: Kisah Anjing Hachiko yang Berusia 100 tahun pada 2023, Jadi Monumen Populer di Shibuya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus