Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu komoditas yang paling banyak dicari selama Pekan Olahraga Nasional atau PON XX Papua 2021 adalah kopi. Kopi bisa langsung dinikmati oleh atlet, ofisial, dan wisatawan PON, bisa juga menjadi oleh-oleh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto mengatakan salah satu kopi Papua yang paling dicari oleh penikmat kopi spesialty adalah kopi Kiwirok. "Papua memang daerah penghasil kopi arabika terbaik," kata Hari Suroto kepada Tempo. Masyarakat umumnya menenam kopi arabika di pegunungan tengah Papua pada ketinggian 1.500 hingga 2.000 meter dari permukaan laut atau mdpl.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kopi Kiwirok adalah kopi arabika yang berasal dari Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Hari Suroto menjelaskan, wilayah Kiwirok berbukit-bukit dengan kemiringan lereng 45 hingga 49 derajat. Pada ketinggian ini, suhu udara sangat dingin sekitar 18 hingga 23 derajat Celcius, berkabut, dan intensitas cahaya matahari kurang.
Kondisi alam ini yang membuat kopi Kiwirok menjadi spesial. Kopi Kiwirok masuk dalam cup of excellent karena memiliki cita rasa yang unik dan jarang ditemukan pada kopi arabika lainnya. Kopi Kiwirok memiliki cita rasa citrus, berry, fruity, sweet potatoes, sugar cane, dan peach.
Kopi Kiwirok paling banyak dicari selama PON XX Papua 2021. Dok. Hari Suroto
Hari Suroto mengatakan, beragamnya cita rasa kopi Kiwirok bisa jadi karerna ditanam secara tumpang sari dengan ubi jalar. "Itu sebab rasa ubinya yang manis menjadi agak dominan," katanya. Masyarakat Kiwirok menanam kopi secara organik. Proses panen dan pengolahan kopi tidak menggunakan mesin. "Semua prosesnya manual dengan tangan."
Untuk sampai ke Distrik Kiwirok, masyarakat dan wisatawan harus naik pesawat kecil jenis twin otter. Lapangan terbang Kiwirok memiliki panjang landasan pacu 600 x 18 meter, dengan penerbangan satu kali seminggu. Penerbangan menggunakan pesawat kecil yang hanya satu kali sepekan ini juga kerap terhenti karena masalah keamanan. Kondisi tersebut berdampak pada pengiriman kopi dari petani Suku Ngalum di Distrik Kiwirok ke Sentani, Jayapura.
Baca juga:
3 Kopi Papua Paling Diburu di Mancanegara