Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Marilyn Monroe pernah bertemu dengan Sukarno, Presiden Indonesia yang pertama. Pertemuan antara keduanya terjadi pada tahun 1956 di New York City, saat Soekarno menghadiri Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kehadiran Sukarno di Amerika Serikat memang menarik perhatian banyak orang, tidak hanya karena posisinya sebagai Presiden Indonesia, tetapi juga karena ketertarikannya pada dunia hiburan, termasuk industri film Hollywood. Soekarno dikenal sebagai seorang yang menyukai film, dan minatnya terhadap pertemuan dengan para bintang film Hollywood menciptakan banyak sorotan media.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pertemuan antara Soekarno dan Marilyn Monroe menjadi salah satu momen yang menarik dalam sejarah hubungan antara Indonesia dan Amerika Serikat. Keduanya bertemu pada tahun 1956, ketika Sukarno menghadiri Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York City. Marilyn Monroe, sebagai salah satu bintang terbesar di Hollywood pada saat itu, menyambut kunjungan Sukarno di hotel tempat ia menginap.
Pertemuan Sukarno dengan Marilyn terjadi pada Mei 1956. Saat itu, Soekarno tengah melakukan kunjungan kenegaraan selama tiga minggu di Amerika Serikat (AS) itu. Pertemuan itu terjadi atas jasa Joshua Logan, sutradara film Bus Stop (1956) yang dibintangi oleh Marilyn Monroe. Mereka bertemu dalam acara pesta yang diselenggarakan oleh Eric Allen Johnston, Presiden Motion Picture Association of America (MPAA). Pesta tersebut diselenggarakan untuk menghormati kedatangan Sukarno dan rombongannya ke Amerika.
Melansir dari Britannica, Norma Jeane Mortenson, yang menjadi ikon dunia sebagai Marilyn Monroe, lahir dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang rendah di Midwest Amerika Serikat. Keluarga Norma Jeane mengalami berbagai kesulitan keuangan, yang memaksa mereka untuk bermigrasi ke California saat ia masih sangat muda. Kehidupan di California tidaklah mudah bagi Norma Jeane; ia tumbuh di tengah-tengah ketidakstabilan keluarga dan masa remaja yang penuh dengan tantangan.
Seperti yang dilansir dari IMDB, Sebagai seorang aktris, Marilyn Monroe mempesona penonton dengan pesona dan bakatnya yang tiada tara. Perannya dalam film-film seperti Some Like It Hot, The Seven Year Itch, dan Gentlemen Prefer Blondes membuatnya diakui sebagai salah satu bintang paling berpengaruh di industri perfilman Hollywood pada masanya. Namun, kehidupan pribadinya menjadi sorotan utama di sepanjang kariernya.
Sebelum terjun ke dunia modeling dan akting, ia bekerja sebagai buruh di Radioplane Company, sebuah pabrik amunisi di Van Nuys, California. Di tengah-tengah rutinitas kerja yang monoton di pabrik, takdir Marilyn berubah ketika ia bertemu dengan David Conover, seorang fotografer yang dikirim oleh First Motion Picture Unit (FMPU) dari Pasukan Udara Angkatan Darat Amerika Serikat. Conover ditugaskan untuk mengambil potret para buruh perempuan sebagai bagian dari upaya propaganda perang.
Dari situlah dimulai perjalanan Marilyn Monroe ke dunia modeling dan akting yang membangun namanya sebagai salah satu ikon terbesar dalam sejarah hiburan. Potret-potret yang diambil oleh Conover membawa Marilyn ke sorotan, membukakan jalan menuju karier yang megah, dan mengubahnya menjadi simbol kecantikan yang tak terlupakan.
Tidak kurang dari 33 majalah, termasuk Pageant, U.S Camera, Laff, dan Peek, menampilkan Marilyn Monroe di sampul-sampul mereka. Ia juga merubah penampilannya dengan meluruskan rambut cokelat keritingnya dan mengecatnya pirang agar dirinya cocok untuk dipekerjakan. Dari situlah dimulai perjalanan Marilyn ke dunia modeling dan akting yang membangun namanya sebagai salah satu ikon terbesar dalam sejarah hiburan.