Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu daya tarik di Kabupaten Alor adalah wisata menonton dugong. Atraksi wisata ini disebut sekaligus menjadi pintu masuk kunjungan ke Alor. Dilansir dari Antara, Kepala Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Nusa Tenggara Timur (NTT) Rocky Pekudjawang mengatakan, setiap hari orang datang menyewa perahu untuk melihat dugong. “Geliat ekonomi sudah tampak dari wisata menonton dugong ini,” kata Rocky.
Dugong Mamalia Hampir Punah
Dugong menjadi salah satu hewan mamalia yang hampir punah. Namun di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT) masih memiliki wisata untuk melihat Dugong. Wisatawan bisa melihat dugong ini di Pantai Mali, Teluk Kabola, Selat Pantar. Dugong ternyata menjadi binatang yang semakin langka. Oleh karena itu, pemerintah melarang nelayan untuk menangkap ikan dugong tersebut khususnya di Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikarenakan sangat langka, hanya tersisa satu dugong di Alor. Dugong jantan yang diberi nama Mawar. Mawar memiliki ukuran panjang lebih dari 3 meter. Waktu yang paling tepat untuk melihat dugong ini adalah pagi hari sekitar pukul 09.00 hingga siang hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, di luar kelangkaannya ternyata dugong merupakan binatang laut yang ramah dengan manusia. Tak mengherankan, saat berkunjung ke Pulau Alor, atraksi dugong banyak diminati wisatawan.
Cara Melihat Dugong di Pulau Alor
Untuk melihat dugong, wisatawan harus menaiki kapal kecil atau kano untuk menghampiri dan melihat mamalia besar itu. Tempat wisata ini menyediakan tujuh perahu untuk menampung wisatawan dengan kapasitas lima orang dalam satu perahu.
Saat mengunjungi tempat wisata ini, ada beberapa larangan yang tidak boleh dilakukan saat mengunjungi dugong. Di antaranya, wisatawan tidak diperbolehkan menyentuh atau memegang dugong, dilarang untuk berenang menghampiri dugong, tidak boleh membuang sampah, dan tidak boleh agresif terhadap dugong. Sebagai informasi, dugong menyukai rumput laut sebagai makanan dan bisa mengonsumsi 300 kilogram sekali makan.
NABILA RAMADHANTY PUTRI DARMADI | ANTARA
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.